Ustadz Basyori terlihat sangat serius. Beliau memandangi wajah anak-anak satu-persatu. Abi, Adam, Fatih, Andi, Vano, dan wajah anak-anak lainnya. Kak Iqbal terdiam. Sepertinya ia belum tahu bagaimana cara Pak Ustadz menangkap pencurinya. Selanjutnya Pak Ustadz pun mulai memeriksa tangan anak-anak. Ketika tiba giliran Andi dan Vano, dahi Pak Ustadz terihat berkerut. Ternyata pada telapak tangan mereka terdapat tulisan "saya bukan pencuri".
"Mengapa telapak tangan kalian ada tulisan seperti ini?" tanya Pak Ustadz sedikit berbisik.
"Iya, karena saya bukan pencurinya Pak Ustadz," jawab Andi dan Vano gemetaran.
"Betul kalian bukan pencurinya?" tanya Pak Ustadz.
Andi dan Vano tidak menjawab, mereka justru menangis dan meminta maaf pada Pak Ustadz.
"Kami minta maaf Pak Ustadz, kami yang mencuri sandal Kak Iqbal," kata Andi dan Vano bersamaan. Pak Ustadz mengeryitkan keningnya.
"Sebenarnya setelah kami sembunyikan sandal Kak Iqbal, kami mau membawanya ke rumah Abi, supaya Abi yang dikira pencurinya, tetapi kami belum sempat melakukannya," lanjut Andi.
"Mengapa kalian melakukan perbuatan itu?" tanya Pak Ustadz.
"Kami merasa iri pada Abi, karena Abi selalu disayang sama Pak Ustadz, sedangkan kami selalu dimarahi," imbuh Vano.
"Dengar Andi, Vano, juga anak-anak yang lain. Pak Ustadz sayang sama kalian semua. Pak Ustadz memarahi Andi dan Vano bukan karena benci, tetapi karena Pak Ustadz sayang dan ingin meluruskan," kata Ustadz Basyori.
"Iya, Pak Ustadz." Andi dan Vano manggut-manggut.