"Meskipun digigit semut, kalian tidak boleh tertawa, nanti bisa mengganggu yang lain. Ya sudah, lain kali jangan diluang lagi ya," pesan Pak Ustadz.
"Iya, Pak Ustadz," Andi dan Vano menganggukkan kepalanya.
Saat itu Abi, Ahmad, Adam, dan Fatih tengah melihat ke arah Andi. Andi yang merasa diperhatikan menyenggol lengan Vano.
"Ssst, lihat Abi melihat ke arahku, kamu tahu sendiri kan Ustadz Basyori, selalu memarahi kita. Kita selalu saja salah di mata Pak Ustadz, tetapi kalau sama Abi, Pak Ustadz tidak pernah marah," bisik Andi ke telinga Vano.
"Betul, aku rasa juga begitu. Besok kita kasih pelajaran sama si Abi," jawab Vano.
"Ayo adik-adik duduk di sini. Kakak akan bacakan kuis dan bagi yang bisa menjawab Kakak akan beri hadiah menarik." Seorang pemuda tampak memberi aba-aba pada anak-anak agar duduk melingkar.
"Horee, apa hadiahnya Kak Iqbal?" teriak anak-anak.
"Wah hadiahnya banyak lho. Ada buku tulis, pensil, tempat pensil, tas, sepatu, dan uang. Yang nilainya paling banyak akan dapat hadiah sepatu dan uang dua ratus ribu," lanjut pemuda itu. Kemudian pemuda yang dipanggil Kak Iqbal itu membacakan beberapa pertanyaan kuis. Beberapa anak tampak menjawab silih-berganti. Tepuk tangan dan sorak-sorai bergema memenuhi mushola.
"Sekarang saatnya menentukan para pemenang. Nah, dengar baik-baik ya, pemenang pertama adalah Abi, pemenang kedua adalah Adam, dan pemenang ketiga adalah Fatih. Ayo para pemenang silakan maju ke depan. Ada hadiah buat kalian," Kak Iqbal pun menyerahkan bingkisan kepada Abi, Adam, dan Fatih.
"Bagi yang belum menang, jangan sedih. Karena kami juga memberikan hadiah. Ini hadiah buat kalian semua, horeee!" Beberapa teman Kak Iqbal menyerahkan beberapa bingkisan kecil yang berisi makanan dan permen.
"Terima kasih Kak, terima kasih," ucap anak-anak gembira. Kini tak ada lagi yang merasa sedih karena tidak mendapat hadiah, karena yang tidak menang pun mendapat hadiah.