"Iya Mbah, saya bersedia, mari kita ke penghulu untuk kawin," jawab Jamilah lagi.
Mbah Sarijo langsung gemetar dan tampak menggigil. Ia berdiri dan pergi meninggalkan Jamilah yang masih terpaku. Mbah Sarijo tampak seperti baru menang undian. Kakek itu berteriak," Aku mau kawin lagi, aku mau kawin lagi..." kemudian berlari-lari hingga akhirnya tersandung dan jatuh pingsan.
"Pak, bangun Pak! Sudah adzan maghrib, mau ke masjid tidak?" Mawar mengguncang-guncangkan tubuh Mbah Sarijo .
"Jamilah? Jamilah mana? Aku mau kawin lagi! Aku mau kawin lagi!" teriak Mbah Sarijo kencang-kencang. Ia mengusap-usap matanya dan menoleh ke sekeliling.
"Bapak ini ngomong apa?" Mawar mendekati bapaknya.
"Mawar, aku bermimpi ketemu wanita muda. Namanya Jamilah. Ia mau jadi istriku," cerita Mbah Sarijo.
"Lalu?"
"Aku mau kawin lagi," lanjut Mbah Sarijo.
"Apa saya tidak salah dengar? Barusan Bapak bilang tidak akan kawin lagi, sekarang kok mau kawin lagi? Padahal saya dan adik-adik sudah sepakat mau syukuran lho," kata Mawar lagi.
"Hah? Apa??" Mbah Sarijo beranjak mengambil peci dan sarung.
"Lho sekarang Bapak mau ke mana?" Mawar mengikuti langkah bapaknya.