Mohon tunggu...
Diana Tri Hartati
Diana Tri Hartati Mohon Tunggu... Penulis - penulis buku anak, penulis artikel

Seorang ibu rumah tangga yang suka menulis. Kadang nge-halu kalau lagi sendiri 😁

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tragedi Kawin Sang Duda

16 Desember 2022   19:06 Diperbarui: 16 Desember 2022   19:15 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mawar, aku kini sadar. Mungkin mimpi buruk itu suatu pertanda. Aku janji tidak akan kawin lagi, bilang sama adik-adikmu sana," lanjut Mbah Sarijo.

"Benar Pak? Syukurlah, kalau begitu sekarang makan siang dulu sana. Mawar sudah masak enak buat Bapak lho," Mawar terlihat  sumringah.

"Makannya nanti saja, aku masih ngantuk. Mau tidur lagi...," setelah berkata begitu, Mbah Sarijo langsung mendengkur.

Kini Mbah Sarijo berada di tempat yang aneh. Ia terlihat kebingungan. Dipandanginya sekeliling yang terasa asing. Tiba-tiba seorang wanita muda menghampiri Mbah Sarijo.

"Selamat sore, Mbah. Nama saya Jamilah. Saya ke sini mau mencari jodoh. Saya seorang janda satu anak. Suami saya meninggal  dua tahun yang lalu. Apakah Mbah tahu siapa laki-laki di kampung ini yang juga sedang mencari jodoh?" tanya wanita itu.

Mbah Sarijo mengangkat wajahnya dan memandang wanita itu. Seorang wanita yang berumur kurang lebih dua puluh tujuh tahun, wajahnya cerah dan bersih, bibirnya menyunggingkan senyum yang melegakan hati siapa pun yang melihatnya.

"Saya tidak tahu siapa saja lelaki di kampung ini yang sedang mencari jodoh, tetapi  ada satu lelaki tua renta yang telah berada di ujung ajal yang ingin kawin, tetapi saya yakin Anda tidak bersedia, jadi saya tidak akan menunjukkan orangnya, silakan Anda bertanya kepada orang-orang di kampung ini, siapa tahu ada yang berjodoh dengan Anda," jawab Mbah Sarijo sambil  menunduk.

"Apa? Ada yang ingin segera kawin tetapi sudah tua? Oh, siapa dia, Mbah? Terus terang saya tidak mempermasalahkan soal usia, tetapi saya hanya ingin pendamping hidup yang bisa menerima saya dan anak saya," kata wanita yang bernama Jamilah itu dengan tulus.

"Sayalah orangnya, bagaimana? Anda pasti mengurungkan niat kan?" Mbah Sarijo menjawab ogah-ogahan.

"Tidak, Mbah. Saya bersedia kok menjadi istri Mbah," jawab Jamilah mantap.

"Apa?? Anda bersedia menjadi istri saya? Apa saya tidak sedang bermimpi?" Mbah Sarijo membelalakkan matanya tak percaya. Jamilah, wanita muda yang lebih pantas menjadi cucunya ini mau menjadi istriku?? Ah, tidak mungkin..batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun