Lalu Merry bertemu seorang pria yang begitu baik. Pria itu bernama Alva, yang menjadi sahabat baiknya. Alva juga sedang menempuh penddikan di NTU. Alva bersedia menjadi penjamin Merry sehingga Merry berhasil mendapatkan dana pinjaman pendidikan sebesar US$ 40,000 dari Bank of Singapore Government.
Masalah biaya pendidikan pun beres. Merry bisa belajar lebih tenang tanpa memikirkan biaya pendidikan sampai ia lulus nanti.
Selama menempuh pendidikan di NTU Merry Riana tinggal di asrama. Asrama NTU memiliki bangunan yang cukup megah dan menyajikan pemandangan yang indah bagai bangunan villa. Hal ini sangat mendukung mahasiswanya untuk lebih fokus dalam belajar.
Merry Riana sangat bersyukur bisa diterima di NTU setelah perjuangan kerasnya. Kesulitan keuangan adalah permasalahan utama bagi Merry. Setelah biaya pendidikan mendapatkan solusi, kini ia harus memikirkan biaya untuk menopang kebutuhan sehari-harinya.
Uang dari orangtuanya sangat tidak cukup. Ia hanya memiliki jatah US$ 10 untuk satu minggu. Untuk itu ia harus mengatur sedemikian rupa agar tetap bisa makan dan mencukupi kebutuhan hariannya.
Pada saat sarapan pagi Merry hanya makan mie instan, lalu makan siangnya hanyalah 2 potong roti tanpa mentega. Pada malam hari, Merry sering mengikuti acara seminar atau arisan agar dapat jatah makan gratis. Sedangkan untuk minum ia mengambil dari kran air yang disediakan untuk publik atau kran air di kampus. Demikian caranya melakukan penghematan dan hal itu dilakukannya hampir setiap hari pada tahun pertamanya kuliah di NTU.
Kehidupan yang memprihatinkan membuat Merry terbiasa ditempa oleh keadaan. Ia menjadi pribadi yang kuat dan mandiri. Pada tahun kedua kuliahnya, ia mulai memikirkan untuk melakukan bisnis. Merry mempelajari seluk beluk pasar dan industri.
Awal bisnisnya dimulai dengan cara bekerja sebagai pembagi pamflet di jalan. Sebagai mahasiswa, ia tidak merasa malu melakukan kegiatan tersebut. Lalu ia juga mencoba mencari pekerjaan lain yakni menjadi penjaga toko bunga dan sebagai pramusaji di hotel Banquet.
Membangun Mimpi Satu Juta Dolar
Ketika menyadari bahwa beberapa pekerjaan yang dijalaninya tidak membuat perubahan besar pada kehidupannya, Merry pun mulai menyusun resolusi. Ia mulai membangun mimpi besarnya bahwa ia harus bisa meraup hasil sebesar satu juta dolar Singapura sebelum usia 30 tahun. Resolusi tersebut dicetuskannya pada saat ulang tahunnya yang ke-20 tahun.
Merry mencoba bisnis baru, bergabung dalam MLM (multi Level Marketing) dan mencoba melakukan investasi. Namun lagi-lagi bisnisnya belum membuahkan hasil seperti yang ia harapkan. Ia malah menjadi korban investasi bodong dan menanggung rugi. Namun Merry tidak putus asa.