Mohon tunggu...
diana marsono
diana marsono Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

nama : diana marsono nim : 42321010027 dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si. AK Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teodosi dan Kejahatan

19 November 2022   17:36 Diperbarui: 19 November 2022   17:41 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hegel memguna statment tentang teodisi ini dengan pemahaman penuh tentang sejarah serta kesusahan konsep( ia secara eksplisit merujuk teodisi Leibniz, sebagai contoh). Tetapi ia senantiasa memakai sebutan teodisi, serta dalam mendefinisikan filosofi sejarahnya sebagai semacam teodisi. Sebabnya rumit, serta berkaitan dengan ikatan antara pemikiran religius Hegel serta teori politiknya( 2 sisi dari mata duit yang sama, seolah- olah).

Guna tulisan ini,hendak menempatkan ikatan antara 2 tema Hegel ini dalam pernyataannya kalau penyelidikan filosofis cuma bertujuan guna melenyapkan kontingen, ataupun" kebutuhan eksternal". Penghapusan kebutuhan eksternal dalam sejarah memerlukan Hegel guna menunjukkan mempunyai dorongan internal, yang tumbuh di dekat" akhir" yang seluruh bagiannya berhubungan secara rasional. 

Secara religius, itu berarti Tuhan mempunyai ikatan yang imanen dengan dunia, serta berperan dari dalamnya guna menggapai tujuan- tujuan ilahi. Kedua ilham ini, ialah kebutuhan rasional sejarah, serta kebutuhan imanen dari yang ilahi, bersatu dalam ilham teistik Providence, yang ialah inti dari tiap upaya teodisi, tercantum Hegel.

Pada pemikiran awal, Hegel mengambil alih banyak pemikiran" tradisional" dari Tuhan, semacam keberadaan tangan yang tidak nampak, seolah- olah, membimbing peristiwa. Tetapi foto ini menipu. Salah satu perihal yang memguna energi tarik Hegel ke Takdir unik merupakan keinginannya guna melihatnya sebagai butuh serta rasional- absen merupakan perasaan apa juga kalau Takdir merupakan suatu yang cuma bisa diakses oleh iman. 

Memanglah, uraian Hegel tentang Takdir merupakan upaya sungguh- sungguh guna mendefinisikannya jauh dari iman; posisi Hegel relatif terhadap posisi Kant:" Sebab Kant[Providence] memanglah ialah objek dari kepercayaan rasional.

Tetapi metode Hegel guna setia kepada Kant merupakan perjuangan seumur hidup guna melenyapkan kebutuhan hendak kepercayaan yang diklaim Kant sudah berikan ruang." Guna bagiannya, Hegel berkata" Kita tidak bisa puas dengan kepercayaan yang remeh pada Tuhan, ataupun apalagi dengan kepercayaan yang abstrak serta tidak tentu yang secara universal menguasai pemeliharaan yang berkuasa namun menolak guna menerapkannya guna memastikan kenyataan; kebalikannya, kita wajib menanggulangi permasalahan ini dengan sungguh- sungguh.

Hegel menganjurkan guna menanggulangi permasalahan ini, permasalahan menggapai pengetahuan nyata tentang pemeliharaan Tuhan, dengan memandang sejarah sebagai perwujudan konkret dari pekerjaan Tuhan di dunia. 

Guna hingga pada pengetahuan tentang pergerakan sejarah merupakan guna menguasai rencana Tuhan- dan pengetahuan semacam itu tidak cuma bisa jadi untuk umat manusia, namun bagi Hegel sesungguhnya diperintahkan oleh kitab suci serta dituntut oleh ide.

Hegel menyadari orang- orang di masanya sendiri yang menuduhnya membesar- besarkan epistemik tentang yang ilahi; walaupun demikian ia dengan tegas menentang mereka yang menganut" doktrin, yang saat ini membeku jadi prasangka, kalau tidak bisa jadi memahami Tuhan, terlepas dari ajaran kitab suci kalau merupakan tugas paling tinggi kita tidak cuma guna menyayangi Tuhan, namun guna memahami Tuhan.

Jadi apa ikatan seluruh ini dengan kejahatan serta teologi? Hegel mengklaim itu banyak hubungannya dengan keduanya. Hegel membukukan filosofi sejarahnya dengan klaim kalau itu berperan sebagai teodisi, suatu pemikiran mundur atas" meja pembantaian sejarah" yang membenarkannya diucap sebagai karya Tuhan.

Ia menulis," Upaya intelektual kami bertujuan guna menampilkan kepercayaan kalau apa yang dimaksudkan oleh kebijaksanaan abadi, sesungguhnya dicapai dalam domain Jiwa yang terdapat, aktif, dan di Alam belaka."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun