"Yah begitulah.." kataku singkat.
"Yah, aku bisa membayangkan kondisi di sana sih Mba." balas Nisa lagi.
Aku tidak membalas pesan Nisa, tapi malah merenung.
Enam bulan sudah aku mengundurkan diri jadi seorang pejabat sekolah. Mengundurkan dari berbagai tugas yang diberikan sekolah kepadaku. Dari jadi koordinator UP sekolah, pembimbing lomba, dan koordinator UP tim.Â
Tetapi selama enam bulan itu pula aku terus mengalami peneroran, diteror oleh bos timku.
Difitnah, diadukan, difitnah, diadukan, dan diambil hak-hak yang seharusnya jadi milikku.
Kamu bertanya kenapa aku terus diteror dan difitnah?Â
Kujawab, karena di timku banyak sekali pekerjaan, seperti yang telah kucerita-ceritakan dahulu. Dan dulu yang mengerjakan adalah aku dan teman-temanku yang sekarang sudah pada pindah sekolah dan ada yang resign. Mereka, para bos tim, hanya menunggu kami menyelesaikannya. Lalu setelah selesai, mereka akan membawa hasil pekerjaan kami  ke pemimpin sekolah. Lalu mereka yang akan dapat ucapan terima kasih, apresiasi, dan pujian, karena dianggap telah berjasa bagi perkembangan sekolah.
Dan sekarang, kami pergi meninggalkan pekerjaan itu semua. Aku sendiri belum pindah tugas, tapi juga tidak resign. Tapi aku juga pergi meninggalkan semua pekerjaan tersebut. Yang ini membuat mereka sendirilah yang mengerjakan pekerjaan yang bertumpuk-tumpuk tersebut.Â
Mereka lelah, mereka capai, mereka tidak mau melakukan itu, dan mereka sangat mengharapkanku kembali ke ruangan tim itu. Sehingga mereka memburuku, memfitnahku, dan menerorku.
Aku merasa di-bully. Aku juga sudah tidak betah bekerja di sekolah ini. Dan parahnya, aku juga mengalami anxiety disorder, yaitu rasa cemas berlebihan dan terus-menerus, mimpi buruk, sulit tidur, nafsu makan menurun, dan sebagainya.