"Apa mau diganti pakai uang kas?" Tanya Liyana, sambil menatap Nisa.
"Oh iya, ada uang kas? Ganti aja pakai uang kas!" Kata
Halima.Â
"Iya nih, pakai uang kas saja. Daripada, sering dipinjam bos... Kadang dikembalikan dan kadang ada yang tidak dikembalikan." kata Liyana, terlihat dongkol sambil mengeluarkan dompet dari lacinya. "Aku heran, kadang bos pinjam uang kas yang kusimpan karena katanya tidak ada uang untuk program A. Kupinjami. Tapi beberapa saat kemudian, kita dengar bahwa ternyata ada uang untuk program A, dicairkan lagi, oleh pihak sekolah. Tapi uang kas kadang tetap tidak kembali. Lah, uang kas itu untuk apa?" Tanya Liyana entah kepada siapa, perpaduan antara marah dan sedih.
Aku tersenyum.
"Udah lah biarin, itu urusan mereka! Yang penting ini, Nisa, uang yang udah kamu keluarkan, diganti pakai uang kas dulu!" Kata Liyana lagi, menjawab pertanyaannya sendiri, sambil menyodorkan uang dari dompet putih, bercorak batik coklat, dompet dari souvernir pernikahan.
"Emang ada beneran Mba?" Tanya Nisa sambil berdiri, lalu berjalan mendekati Liyana.
"Ada..!" Kataku, Halima, dan Liyana hampir bersamaan.
"Berapa?" Tanya Liyana.
"Total sekitar Rp 300.000,-an lebih. Rp 300.000,- aja deh Mba, aku lupa." Kata Nisa lagi.
Hening sejenak.