Paseduluran Langenastro Merawat Jemparingan
Banyak sekali komunitas jemparingan yang tumbuh salah satunya paseduluran Langenastro yang didirikan pada tanggal 18 Maret 2012.Â
Nama Langenastro sendiri diambil dari nama kampung Langenastran. Sekaligus merupakan toponimi dari salah satu prajurit kraton yaitu prajurit Langenastro yang memiliki tugas khusus mengawal raja/ratu.
Komunitas yang berkonsep paseduluran ini memiliki sasana latihan jemparingan di kampung Langenastran. Kini komunitas ini bisa berlatih di mana saja, harapannya agar dapat berbagi wawasan, keilmuan dan tentu saja menjalin paseduluran (persaudaraan). Begitulah bapak Agung Sumedi mengawali obrolan Sabtu sore itu.
Makna Filosofis Jemparingan
Berbeda dengan cara memanah pada umumnya, jemparingan dilakukan dengan posisi bersila atau bertimpuh untuk perempuan. Pakaian yang digunakan biasanya surjan lengkap dengan jarik dan ikat kepala sedangkan perempuan biasanya memakai kebaya.Â
Ikat kepala atau udeng dikenakan pada kepala pemanah dengan makna mengikat pikiran. Hal ini dimaksudkan untuk melatih fokus pada sesuatu.Â
Tidak hanya fokus pada membidik target yang tepat tetapi juga didasarkan perasaan pemanah. Selaras dengan filosofi jemparingan yaitu pamenthanging gendewa pamenthangin cipta yang bermakna setiap manusia harus memiliki fokus penuh untuk mewujudkan tujuan atau cita-citanya.
Peralatan Jemparingan
Selain sarat akan makna filosofis, setiap peralatan jemparingan disebut dalam bahasa Jawa. Meskipun besar di Jogja, tetapi beberapa kata terdengar asing. Bahkan ada yang baru pertama kali saya dengar.