Mohon tunggu...
Dian Puspita Sari
Dian Puspita Sari Mohon Tunggu... -

Meskipun aku bukan seorang penulis, sejatinya aku gemar dan semangat menulis,terutama di saat-saat suasana hatiku genting. Ku kobarkan semangat untuk terus berusaha belajar menulis tanpa harus jadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Waktu dan Diriku

24 Maret 2013   03:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:20 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuteringat firmanNya :

وَالعَصرِ ﴿١﴾ إِنَّ الإِنسٰنَ لَفى خُسرٍ ﴿٢﴾ إِلَّا الَّذينَ ءامَنوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَواصَوا بِالحَقِّ وَتَواصَوا بِالصَّبرِ﴿٣

(1) Demi masa. (2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, (3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran


Ayat ini menghujam qalbuku

Tak terasa,

Betapa cepat waktu berlalu tinggalkan kita

Betapa terasa waktu bagaikan pedang

yang siap menebas leher kita

Tak terasa,

Kecepatan waktu berlalu

Usia kita semakin berkurang

Jatah hidup kita pun berkurang

Sementara bekal yang kita siapkan minus untuk akhirat

Seoptimal apa upaya kita

untuk menyempurnakan kewajiban kita

pada Allah, diri kita dan umat manusia?

Seoptimal apa upaya kita

untuk memperbanyak amal sunnah kita

dengan sholat/puasa sunnah, tilawah al Qur'anul kariim, dan memiliki target mengkhatamkannya,

infaq dan sadaqah fii sabilillah?

Seoptimal apa upaya kita untuk memenuhi hak saudara dan umat manusia yang membutuhkan uluran tangan kita?

Tak terasa,

Ternyata bekal itu masih jauh dari cukup

Upaya kita menyempurnakan kewajiban dan memperbanyak amal sunnah kita di dunia nyata belum optimal

Sementara di sisi lain,...

Kita merasa sudah atau sedang berbuat banyak untuk Islam dan umatnya

di dunia maya

via blogging dan paging ala FB, MP, Myspace, Tagged, MFB, dsb

Seberapa penting dan perlu semua itu kita manfaatkan untuk kemaslahatan Islam dan umatnya

hingga kita rela menghabiskan banyak waktu kita di sana melebihi waktu kita untuk bermunajat pada Allah? untuk orang-orang disekitar yang belum banyak tersentuh oleh diri kita, seperti keluarga, tetangga, saudara, teman, dan manusia yang butuh tenaga, waktu, dan harta kita?

Sepemahamanku : Manfaatkan fasilitas dunia maya sebatas apa yang kita butuhkan dan dianggap penting oleh Islam

Misalkan :

~Manfaatkan untuk menulis dan  mengirim tulisan berupa opini, artikel, puisi dan lain sebagainya yang bernuansa dawah Islam atau meluruskan pandangan yang keliru menurut Islam ke media cetak baik online maupun non online via email serta memuatnya dalam blog atau page kita

~Batasi tautan atau item yang akan kita tambahkan sebatas pada apa yang kita butuhkan atau anggap penting dalam Islam

~Tak perlu banyak 'habiskan' energi kita untuk terlalu menanggapi atau merespon pendapat yang berseberangan dengan pendapat kita. Berpendapatlah sebatas apa yang kita butuhkan untuk menanggapinya. Singkat tetapi padat muatannya. Dan hendaklah jangan terlalu 'ngotot' dalam berdiskusi dan berdebat

Jika toh poin terakhir terpaksa kita lakukan, dengan cara yang ma'ruf tentunya, saya berfikir hal ini lebih baik dilakukan di dunia nyata. Karena orang-orang yang berinteraksi dengan kita, baik keluarga, teman, tetangga, atau masyarakat akan merasakan dampak langsung (yang baik menurut Islam) dari seruan atau perbuatan kita.

~Luruskan niat dan motivasi kita bersurfing ria di dunia maya, ikhlas lillaahi ta'alaa untuk mencari keridhoanNya, bukan untuk mencari 'popularitas' diri atau riya'

Di sekitar kita,bahkan bisa jadi diri kita sendiri (na'udzubillah--smoga tak terjadi..),

masih banyak saudara kita seagama yang gemar bermaksiyat pada Allah

seperti tak mengerjakan sholat, berzinah, membuka auratnya dengan tak mengenakan khimar dan jilbab ketika keluar rumah, berjudi, minum miras, terlibat kriminalitas, berzinah dan mengkonsumsi narkoba, dan lain sebagainya...

masih banyak saudara kita yang meninggalkan amar ma'ruf nahi munkar. Mereka mendiamkan kemunkaran yang terjadi di depan mata mereka. Sementara mendiamkannya berarti menyetujuinya dan membiarkannya terjerumus kedalam jurang neraka dan azhab Allah. Bahkan sudah pasti, disamping banyak kemaksiyatan yang merajalela disekitar kita, masih begitu banyak hal dari kualitas keimanan diri kita yang perlu kita upgrade dari waktu ke waktu.

Ternyata waktu dan usia yang Allah berikan pada kita

seolah terasa belum cukup untuk menyempurnakan diri kita

sebelum kita menghadap kepadaNya dalam kondisi yang terbaik

Namun, jika kita benar-benar berfikir

bahwa ternyata dengan keterbatasan waktu dan usia yang kita miliki

takkan ada yang terlintas dalam benak kita

kecuali kematian dan memanfaatkan waktu hidup yang kita miliki sebaik mungkin

untuk menjadi orang-orang yang beruntung

yang beriman dan beramal sholih

yang saling menasihati supaya berada dalam kebenaran (Islam) melalui amar ma'ruf nahi munkar

dan yang saling menasihati dalam menetapi kebenaranNya dengan kesabaran...

Supaya kita bisa menghadapNya dalam kondisi yang terbaik (khusnul khotimah)

Ibn al-Jauzi berkata, “Jika manusia tahu bahwa kematian akan menghentikannya dalam beraktivitas, maka dia pasti akan melakukan perbuatan dalam hidupnya yang pahalanya terus mengalis setelah dia mati” (Ibn al-Jauzi, Shaid al-Khathir, juz I, h.22)


Yaa Allah

tulisan ini kubuat untuk senantiasa mengingatkan diriku yang penuh dengan noda dosa dan kekhilafan

Jika ada yang membacanya, sengaja atau tidak, alhamdulillah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun