Ku berikan seluruh hati ku untuk mu namun kau jelas menolaknya, kamu mengabaikan apa yang sudah jelas aku rancang, kau memenjarakan imajinasi ku yang sudah lama ku tata dengan rapih --kamu menghancurkan nya- tapi jelas --tidak- tentu saja itu bukan salah mu, sudah ku bilang aku yang merancangnya sendiri, aku merancangnya meskipun aku tau bahwa aku sendian. Kamu adalah lebih dari sekedar yang hanya bisa aku semogakan, kamu memang menolaknya tapi aku tetap dalam harap. Kamu memilih orang lain dan aku terima, kamu memilih apa yang kamu cinta. Dan aku sangat mencintai mu, sebab itu aku memilih kamu.
Aku memilih mu, aku berhak memilih, aku berhak mencintai siapapun yang aku mau. Cinta itu hak semua orang, kamu tidak bisa melarang ku, seperti aku yang tidak bisa melarang mu dengan siapa kamu akan mencinta, aku siap patahati. Bahkan ketika aku baru akan memulainya, seakan kamu menjadi sebuah 'Depulpin' untuk setiap syaraf ku, aku menerimanya meskipun aku tau itu akan melumpuhkan --syaraf-ku, selamanya. Meskipun sebenarnya masih bisa bisa bekerja dengan baik dan sangat baik, tapi aku menolaknya --aku menolaknya-
Aku memilih berjalan sendirian dalam ruangan gelap tak berujung, misbah ku mulai terasa redup namun aku tetap berjalan dalam gelap yang aku pilih sendirian --sesak- seperti tercekik rasanya, perlahan memperlambat aliran darah ku dan menghentikan degup jantung ku. Kamu menolak tapi tetap diam dengan harapan, beruntung aku tau diri. Jangan salah paham, aku tidak akan mengganggu yang hanya perlu aku lakukan adalah menunggu --terus.
Patah hati ku tidak seperti kebanyakan orang lain, kita akan sama sama menangis ketika patah hati, setelah itu sebagian orang memilih move on, sebagiannya lagi memilih lari, tapi aku diam --aku memilih diam- karena ketika sedang kecewa, sebagian orang memilih jalan yang salah. Sebab itu aku diam, aku menunggu --lagi lagi menunggu, aku menunggu sampai hati ku benar benar akan menetap dan tenang yang pada dasarnya aku hanya sedang mengkalkulasikan kebohonganku, membuat ilusi --yang- supaya tidak membuat ku memilih jalan move on atau pergi. Karena demi tuhan! Aku masih sanggup untuk menunggu.
"patahati itu bukan sebuah kegagalan, bukan juga jalan untuk terpuruk atau membuntukan segalanya, tapi patah hati adalah nikmat terbaik yang tuhan berikan dengan cara yang berbeda"
Setetes tinta mulai memburat sedikit demi sedikit di atas sebidang kanfas, mebuat garis, lengkung, dan --entahlah- hingga sampai saatnya berakhir, sesosok hitam yang ku anggap indah hadir di hadapan ku dengan senyum yang sama and --some how, hitam itu semakin dan terus menerus menjadi indah, terlebih jika kita tau bagaimana cara menikmatinya.
Hari itu, masih teringat jelas dalam memori ku bagaimana cara mu memperlakukan ku, aku seperti seorang putri yang kau sikapi dengan sangat baik, jika ada yang paling bahagia di alam ini --itu adalah --aku- saat itu- dari bagaimana cara mu menatap ku, dari bagaimana cara mu menyentuh ku, aku tau bahwa pada saat itu kau juga pasti --mencintai ku-Â
Aku ingin menari di tengah hujan, aku ingin setiap rintik hujan menjamah tubuh ku merasakan betapa bahagianya aku. Aku ingin setiap tetes hujan menyerap bersama bahagianya aku. Aku ingin berhenti sampai sini rasanya, sebelum ada yang mengganggu bahagiaan ku yang sederhana ini. Aku menikmati setiap detik yang kita lewati bersama, canda, tawa, suka ria sehangat brownies yang baru saja dikuarkan dari oven.
Aku jatuh cinta --lagi-Â
Tapi brownies tidak lagi senikmat saat sudah dingin, nikmatnya akan semakin berkurang ketika porsinya kita tambah, banyak atau sedikit tidak akan senikmat porsi pertama --lagi. Kau memperlakukan ku layaknya seorang putri, aku terbuai oleh cara mu seperti gula yang meleleh dalam adukan cokelat panas, nikmat! Tapi mengapa kau memperlakukan ku seperti seorang putri jika kau adalah seorang raja? Oh iya, memang benar cinta itu membuat orang semakin idiot, aku terbuai dan merasa bahwa aku makhluk paling bahagia, aku lupa... karena raja --pasti mempunyai ratu- dan bukan aku 'ratu' mu. Tapi kau adalah tahta tertinggi dalam imajinasi ku, kau selalu merenggut setiap kebahagiaan yang aku punya, bahkan bulan sabit saja mengisyaratkan betapa indahnya senyum mu. Percayalah aku benar benar mencintaimu! Aku men-cinta-i mu.
Lebih baik mati dari pada tidak mencinta sama sekali, rupanya sejak itu para pemuja cinta sudah lebih dulu mati tanpa mereka sadari. Raganya telah lama mati, sakitnya sudah lebih dahulu pergi, karena bersumpah atas nama cinta adalah salah. Cinta tidak harus dibuat sakral, cinta tidak harus ditakuti, cinta tidak harus dipuja, cinta hanya harus dipercaya dan dirasakan keberadaannya.