Mohon tunggu...
Diamar Pipit
Diamar Pipit Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"My Black", Part Terindah Patah Hati

24 April 2018   23:03 Diperbarui: 24 April 2018   23:14 531
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begini, ketika kita memutuskan untuk mengagumi seseorang dengan diam diam, kita harus tau bahwa konsekuensi terberatnya adalah --patah hati sendirian-

Aku tau, aku terima dan aku jalani. Sakit? Jangan ditanya. Apalagi jika berada didalam lingkup yang sama, diam diam terjebak dalam nostalgia --yang mengharuskan untuk tetap tinggal atau malah bisa terbebas dari jeratannya. Pernah nggak sih kamu mikir kalau "cinta itu nggak harus memiliki"? aku pernah, tapi ternyata aku salah. Ada nggak sih cinta  setulus itu? Coba kamu bayangin, kamu cinta sama sesuatu --apapun itu- yang bukan milik kamu. Bullshit nggak sih? Aku rasa iya, tapi sekali lagi aku salah. Nyatanya, aku benar benar mengalami hal itu. Terjerat pada cinta yang --nggak tau- akan selesai dimana. Nggak tau akan seperti apa alurnya, nggak tau mau gimana jadinya, gak tau harus bilang apa pas --cemburu --sendirian. Coba bayangin!

Darrrrrr.

Itu hitam yang aku buat dengan banyaknya warna. Kamu tau kenapa aku sangat menyukai warna hitam? Karena hitam akan selalu terlihat kuat, karena hitam akan menutupi cacatnya warna lain, karena hitam warna lainnya akan terlihat cerah, aku suka hitam. Sebab itu  aku  suka --kamu-

Aku benar benar mengagumimu tanpa syarat, dengan jarak dan isyarat. Rasanya ini seperti mati berkali kali tanpa harus dibangkitkan untuk sadar. Pintu di hati ku tertutup rapat, seolah aku lupa bagaimana cara membukanya, aku membiasakan diri terjebak didalam singgah sana rapuh yang mulai muak akan imajinasi ku, seolah tuli, pura pura buta, ku biarkan kaki dan tangan ini lumpuh, aku tetap tersandar pada satu nama yaitu --kamu- banyak yang 'mengetuk' tapi enggan untuk ku buka. Aku biarkan otak dan hati ku bersekutu mengimajinasikan semua tentang kamu --tentang kita- tak perduli seberapa banyak yang 'mengetuk' aku --tidak akan pernah --membukanya! Ku biarkan tertutup rapat. Imajinasiku terlalu liar, menyeret nyeret kata para pemuja cinta yang biasa mereka katakan.  Setelah itu aku lupa diri, pergi dan mati. Ssssttt jangan katakan apapun. Tetaplah jadi pemeran utama imajinasi ku!

Jatuh cinta diam diam, semakin dalam dan tenggelam. Kali ini aku jatuh lagi jatuh sesungguhnya, pura pura bangkit dan rasanya ingin pergi. Tunggu! Itu perkataan macam apa? Pergi? Jangan pura pura kuat, kamu tidak akan sanggup. Biarkan perasaan itu kubuat ikhlas dengan caraku sendiri. Aku mencintai mu atas apa yang benar benar aku rasakan. Ini murni. Aku tau betul. Abaikan saja bila itu maumu. Aku tak perduli --sama sekali tidak- aku akan tetap mencintaimu dengan cara ku sendiri, dengan sakit yang sengaja aku buat. Dengan airmata yang sudah ku pastikan akan terus menetes, dengan caci maki orang orang yang mengetahui tentang kisah cinta --menjijikan- ini.

Aku sama sekali tidak mengejar mu, tapi aku benar benar mengharapkan mu. Mengharapkan mu dengan seluruh perasaan yang tidak sempat aku jelaskan dengan kata kata. Ku abaikan rasa sakit ku, ku singkirkan ego ku, ku tutup telinga ku, dan aku tetap berkata --aku benar benar mencintaimu-

Teruslah mencinta dengan pujaan mu, teruslah bahagia. Tetaplah jadi orang paling tidak perduli. Ini perasaan ku, ini jalan cintaku. Aku yang memilih mencintai tanpa dicintai. Aku yang memilih untuk bertepuk sebelah tangan. Demi tuhan! Aku tidak akan mengganggu mu, tapi jangan paksa aku untuk pergi, karena aku takan pernah sanggup. Biarkan aku tetap disini --menunggumu- sampai saatnya kamu benar benar lelah, aku akan selalu menyapa mu dengan indah. Aku disini --tetap mencintaimu.

Ini hitam ku, benar benar hitamku. Sekarang kamu tau kan kenapa hitam begitu tenang? Karena aku menerima sisi hitam ku dengan sangat baik, aku menerimanya, aku menjalaninya, aku sabar dengan cara ku sendiri. Hitam ku adalah sisi terbaik ku. Sisi terbaik dari hal hal pait yang ku rancang dengan indah. Aku pura pura buta, belajar menjadi tuli, bahkan kalau bisa tuna netra. Aku lupa diri, lupa siapa aku sebenarnya. Seperti tercekik rasanya saat sadar siapa aku. Aku ini siapa? Aku bukan siapa siapa. Aku hanya sekedar pememuja mu, pemuja cinta yang bahkan tidak tau apa itu cinta. Ku pastikan hitamku akan bertambah gelap, gelap dengan indahnya yang hanya bisa ku lihat sendirian. Aku nikmati tanpa seorangpun tau, ku biarkan mereka berka apapun --terserah- indahku hanya aku yang bisa menikmatinya.

"kamu bisa benar benar akan mengerti cinta saaat kamu benar benar patah hati"

Kamu itu bukan biji kopi hitam ataupun dasar kegelapan, kamu adalah perumpamaan imajinasi ku yang sama sekali tidak aku ragukan keindahannya. Kamu adalah sosok nyata yang aku imajinasikan sedemikan rupa menjadi seperti apa alur yang aku mau, tapi --kamu adalah kamu- tanpa bisa aku paksakan --kamu- adalah kamu yang sempurna, lebih indah dari imajinasiku, kamu bebas memilih alur mana yang akan kamu jalani dan dengan siapa kamu menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun