Siang begitu cerah mendera langit kota Bengawan. Seturut jejak kaki, saya melangkah menyusuri lengkung simetris koridor bambu di halaman Balaikota Surakarta.
Sore hari kala itu, 8 September 2023 yang lalu, plaza Balaikota Surakarta dijejali oleh warga masyarakat yang berbondong menjadi bagian dari sejarah. Termasuk saya? Tentu saja!
Saya manut, bersedia duduk bersila; merumput bersama seluruh rasa takjub para pengunjung Festival Payung Indonesia.
Ya, kali ini gelaran Festival Payung Indonesia (Fespin) 2023 mengunjungi era satu dasawarsa.
Sengaja mengambil tema "Sepayung Bumi, Alam adalah Kita" Fespin berupaya menggemakan kegaduhan batin anak manusia.Â
Selurus dengan perubahan iklim yang sempat menjadi perbincangan viral di dunia maya, Fespin hadir sebagai perpanjangan tangan para budayawan dan seniman dari seluruh persada.Â
Fespin hadir ingin mengajak kita kembali menyadari bahwa sejatinya kita adalah bagian dari alam.
Fespin hadir mengingatkan kita dampak dua sisi koin dari peristiwa El Nina maupun El Nino pada kebakaran hutan, gunung, gelombang panas laut, udara pekat partikel jahat, tanah kering, gagal panen, maupun dampaknya terhadap sektor bahari kita.