Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Otak Kita Tidak Aktif Saat Tidur, Benarkah?

6 Agustus 2022   16:04 Diperbarui: 7 Agustus 2022   10:49 1069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: seseorang sedang tidur| via unsplash.com @Kinga Cichewicz

Selamat datang kembali di laman saya. Bagaimana kabar Anda? Saya harap semua dalam keadaan baik.

Dalam artikel was wes wos kali ini saya ingin membahas salah satu kebutuhan yang seringkali terlewat untuk kita bincangkan.

Ya, bukankah seringkali kita membincangkan perihal makan dan atau seksualitas. Wah kalau sudah nyenggol dua hal itu, perbincangannya pasti bakalan seru. Iya atau iya? Padahal ada satu hal lagi yang menjadi kesukaan kita tetapi jarang kita sadari.

Apa cobak? Yup, TIDUR. 

Hmm, sungguh. Penulis artikel ini aneh-aneh. No wind no rain, ga ada angin ga ada hujan, hla kok ya sempat- sempatnya membahas masalah tidur dan mimpi.

Hehehe....

Ya, kalau saja tidur bukan kesukaan dan kebutuhan kita, lha terus ngapain cobak kita menghabiskan sepertiga waktu kita. Bayangpun, rerata kita menghabiskan waktu 7- 8 jam sehari untuk tidur.

Sebagian besar dari kita menyukai waktu tidur. Ya, memang bagi sebagian kecil orang tidak menyukai waktu tidur. Atau hanya mempunyai periode tidur yang sangat singkat bila dibandingkan dengan durasi tidur kita pada umumnya.

Tidur merupakan perkara yang kelihatannya sepele, namun penting. Tidur sangat berpengaruh pada kesehatan mental kita. Ga percaya? Coba cek website kesehatan kesayangan Anda masing-masing. Aduh usai donk literasi ane. Xixixi.

Wokay dah. Yuk das des. Di kesempatan kali ini, kita akan bersama-sama belajar tentang tidur dan mimpi dari kaca mata neurosains. So, hayuk kita pakai kacamatanya, Saudara!

Perjalanan Mimpi dan Interpretasinya

Sekian lama masyarakat memercayai bahwa mimpi berkaitan dengan hal-hal mistis.

Bapak psikoanalisis Sigmund Freud tak mau ketinggalan mencoba membuka tabir misteri mimpi. Lewat analisa-analisa dari beragam kasus pasien-pasiennya, Freud mencoba memberi batasan dan konsepsi mengenai mimpi dengan sudut pandang psikoanalisanya.

Melalui buku The Interpretation of Dream yang kondang markondang dari tahun 1900-an hingga sekarang, Freud berusaha menyimpulkan bahwa mimpi sebenarnya bersumber dari pengalaman masa lampau seseorang.

"Mimpi adalah pembebasan  dari tekanan luar, sebuah pelepasan ruh dari belenggu dunia"

Itu kalau menurut Opa Freud. Yang mana, kurang lebih 100 tahun terakhir menjadi bahan rujukan kita pada umumnya. Namun seperti kita tahu, bahwa segala sesuatu akan mengalami perubahan pada waktunya.

Selain menjelaskan mengenai sumber mimpi, Opa Freud juga menjelaskan bahwa mimpi diinterpretasikan sebagai representasi apa yang kita pikirkan namun belum sempat tersampaikan.

Agak berbeda dengan Freud, Carl Jung yang  masih menginduk pada Teori Psikoanalisa pun akhirnya ikut unjuk nyali soal mimpi. Jung sebenarnya menyepakati konsepsi Freud bahwa mimpi mengandung makna laten yang disamarkan dalam konten-konten manifestasi.

Menurut pendapat Jung, sumber mimpi adalah masa depan. Jung berpendapat bahwa isi mimpi adalah ekspresi dari ketidaksadaran kolektif yang bertujuan untuk mengantisipasi kejadian-kejadian di masa yang akan datang.

Dengan demikian ada dua pandangan yang mendasari pola pikir kita tentang mimpi hingga masa kini.

Hmm... Duo mahzab yang sungguh memesona logika, ehe ehe. Tapi sekali lagi once more, saya baru ga mo mumet binti ruwet.

Jadi, begini...

Apa yang terjadi pada otak saat kita tertidur?

"Pada saat kita tertidur, otak kita sedang tidak aktif"

Seberapa banyak dari kita yang menyetujui ungkapan tersebut? Sayang sekali ternyata pernyataan tersebut salah.

Saudaraku yang bijaksana, pada saat kita tertidur maupun terjaga otak kita sama-sama dalam kondisi yang aktif. 

Hanya saja...

Pada saat kita tertidur, kita mengalami 4 tahapan tidur yang tergabung dalam satu siklus. 

Keempat tahap atau fase tersebut biasa disebut Non Rapid Eye Movement (NREM) atau bisa juga disebut  Slow Wave Sleep (SWS) dan 1 Rapid Eye Movement (REM). Pada tahap keempat NREM biasanya seseorang akan akan berada pada tidur yang dalam.

Pada tahap keempat ini biasanya seseorang akan merasa sangat lelap. Atau biasa disebut deep talk sleep. Apakah tahap keempat ini adalah fase REM? Ternyata, bukan.

Satu siklus  tidur membutuhkan kurang lebih 70-90 menit. Ini berbeda bagi tiap-tiap orang. Ada pula yang hanya butuh 30-45 menit durasi satu siklus.

Nah, bila satu siklus terpenuhi, kemudian akan berlanjut pada siklus berikutnya. Yakni kembali pada fase NREM yang pertama. 

Usai berakhirnya satu siklus kemudian akan beralih pada siklus berikutnya. Pada masa peralihan siklus tersebutlah ada jeda. Tahap jeda inilah yang dinamakan REM.

Pada fase REM semua organ tubuh mengalami peningkatan aktivasi. Saat REM ini pula seseorang akan mengalami mimpi. 

Terus kalau memang saat kita  sedang tidur otak kita tetap aktif, mengapa kita tidak mampu menggerakkan anggota tubuh sama seperti saat kita aktif di siang hari?

Sesuai kondisi fisiologis, pada otak tengah ada bagian otak yang dinamakan pons. Pons inilah yang pada tahap ke-4 satu siklus tidur bertugas untuk melumpuhkan semua otot-otot tubuh kita selain otot pernapasan dan otot mata.

Pons merupakan jembatan yang menghubungkan antara otak tengah dengan medulla oblongata.

Salah satu fungsi pons pada saat tidur adalah mengaktifkan penghambat di medulla untuk menghambat gerakan saat tidur. Ini kenapa pada fase keempat tubuh kita selain otot mata dan pernapasan berada dalam kondisi lumpuh.

Pada beberapa kasus, orang seringkali mengalami gangguan tidur karena ada ketidakberesan pada bagian pons.

Pada fase REM (jeda menuju siklus berikutnya), otot yang tadinya melumpuh akan kembali bekerja secara aktif. Maka tidaklah mengherankan bila ada yang mengalami ketindihan, biasanya terjadi pada fase ke-4. Bukan pada fase REM.

Nah bila seseorang sedang pada fase REM kemudian terbangun, maka ia akan ingat semua mimpinya.

Setelah seabad lebih, beberapa ahli  kini mulai meninggalkan konsepsi mimpi ala Freud. Meskipun demikian, para ahli masih terus menggali mengenai makna mimpi.

Penelitian kejiwaan pun mulai bergeser mempelajari kinerja otak dalam memahami dan merangkai konsep mimpi. Bahwa pada saat tidur, terjadi konsolidasi memori episodik yang juga melibatkan sistem limbik. 

Artinya, pada saat kita bermimpi kita sedang melakukan recalling memory. Mimpi melibatkan emosi dan sensasi.

Beberapa ahli berpendapat bahwa mimpi bertujuan untuk merawat memori kita. Merawat bukan berarti membiarkan memori yang ada tumbuh begitu saja. Merawat berarti pula membuang atau menghapus memori yang membuat kita merasa tidak aman dan tidak nyaman.

Sebuah studi di Amerika yang tertulis pada Jurnal Science berjudul Sleep Learning of Dreams: Off-line Memory Reprocessing (2001) menunjukkan bahwa mimpi melibatkan otak emosi (sistem limbik).

Dalam studi tersebut, dikatakan bahwa selama REM berlangsung terjadi perubahan aktivasi pada beberapa bagian otak. Pada area yang berfungsi sebagai pembuat keputusan dan working memory terjadi penurunan aktivitas. Sedangkan pada area otak emosi, khususnya pada amigdala terjadi peningkatan aktivitas.

Sehingga, pada saat REM otak berupaya menghubungkan antara emosi dengan pengalaman-pengalaman atas kejadian keseharian kita. Dan tidak usah heran bila kita terbangun dari tidur, kita tidak dapat mengingat tentang mimpi kita. Karena tujuan mimpi memang untuk menghapus memori yang membuat kita tidak nyaman bukan?

Wew, panjang yha, hehehe. Anw, siap untuk tidur nyenyak malam nanti? Monggo dipersilakan.

Salam sehat, salam sadar

Penulis

*Sumber :

Nature Reviews Neuroscience.

Freud, Sigmund. 2015. The Interpretation of Dream Tafsir Mimpi. Yogyakarta Indoliterasi. Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun