Terus kalau memang saat kita  sedang tidur otak kita tetap aktif, mengapa kita tidak mampu menggerakkan anggota tubuh sama seperti saat kita aktif di siang hari?
Sesuai kondisi fisiologis, pada otak tengah ada bagian otak yang dinamakan pons. Pons inilah yang pada tahap ke-4 satu siklus tidur bertugas untuk melumpuhkan semua otot-otot tubuh kita selain otot pernapasan dan otot mata.
Pons merupakan jembatan yang menghubungkan antara otak tengah dengan medulla oblongata.
Salah satu fungsi pons pada saat tidur adalah mengaktifkan penghambat di medulla untuk menghambat gerakan saat tidur. Ini kenapa pada fase keempat tubuh kita selain otot mata dan pernapasan berada dalam kondisi lumpuh.
Pada beberapa kasus, orang seringkali mengalami gangguan tidur karena ada ketidakberesan pada bagian pons.
Pada fase REM (jeda menuju siklus berikutnya), otot yang tadinya melumpuh akan kembali bekerja secara aktif. Maka tidaklah mengherankan bila ada yang mengalami ketindihan, biasanya terjadi pada fase ke-4. Bukan pada fase REM.
Nah bila seseorang sedang pada fase REM kemudian terbangun, maka ia akan ingat semua mimpinya.
Setelah seabad lebih, beberapa ahli  kini mulai meninggalkan konsepsi mimpi ala Freud. Meskipun demikian, para ahli masih terus menggali mengenai makna mimpi.
Penelitian kejiwaan pun mulai bergeser mempelajari kinerja otak dalam memahami dan merangkai konsep mimpi. Bahwa pada saat tidur, terjadi konsolidasi memori episodik yang juga melibatkan sistem limbik.Â
Artinya, pada saat kita bermimpi kita sedang melakukan recalling memory. Mimpi melibatkan emosi dan sensasi.
Beberapa ahli berpendapat bahwa mimpi bertujuan untuk merawat memori kita. Merawat bukan berarti membiarkan memori yang ada tumbuh begitu saja. Merawat berarti pula membuang atau menghapus memori yang membuat kita merasa tidak aman dan tidak nyaman.