Lalu apa itu empati? Mengambil definisi dari American Psychological Association, emosi merupakan bagaimana kita memahami orang lain dari cara pandangnya, bukan melalui cara pandang kita. Merasakan perasaan orang tersebut, bahkan menyelami pemikiran dan persepsi orang tersebut.Â
Tahukah Anda bahwa setiap orang mempunyai bakat untuk berempati. Semenjak lahir? Tentu saja!Â
Apakah ada mereka yang antipati? Ada. Hanya saja mereka yang tergolong dalam kategori ekstrim ini jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan individu yang mempunyai empati.Â
Okay, back to emphaty, Saudara.Â
Sangat mudah berbicara tentang empati. Yang paling susah adalah bagaimana kita dapat menghidupinya. Sangat susah.Â
Kenapa kita susah menggunakan empati sebagai sebuah batasan dalam berelasi? Sehingga seringkali kita memilih untuk dengan cepat memberi respon balik?Â
Adakah hubungannya dengan empati? Jawabannya: YA. ADA.
Dalam berelasi, terkadang kita terburu memberikan saran atau nasehat. Padahal teman atau sahabat kita pada saat itu hanya butuh untuk didengarkan. Atau, kita terlampau cepat membuat kesimpulan lantas sesegera mungkin berkomentar hanya dengan membaca judul sebuah artikel.Â
Tahukah Saudara bila otak kita sangat senang bekerja dengan cara yang teratur. Berlatih secara kontinyu.
Entah terlatih hingga terbiasa untuk jump to conclusion atau terlatih untuk menahan diri dari segala stimulan yang seringkali datang memantik emosi.Â
Lihat cara kita makan. Kita tidak usah berpikir bagaimana cara makan. Adanya gerak reflek? Bukan! Ini terjadi karena dari saat kita masih kecil, kita telah berlatih bagaimana cara makan.Â