Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Jakarta, 12 Mei '98 yang Lalu

12 Mei 2022   07:07 Diperbarui: 12 Mei 2022   14:47 3831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanpa terduga, pukul 17.00 telah lewat. Tetiba terdengar jerit berhamburan disusul asap berebut terbang mengudara. Tercampur dengan kepulan gas air mata.

Sesak. Perih di mata.

Suara helikopter meraung dekat telinga. Pesawat itu terbang rendah. Kadang membuat alenia pikiranku pun ikut terbang. 

Sementara aku linglung mencari Riri di pelataran kampus Trisakti. Ini situasi gila. Tetapi aku lebih gila! Tubuh kecilku akhirnya melewati barikade aparat yang berupaya meringsek masuk area kampus.

Untung saja badan kurus membuatku mampu menyusup dari arah belakang kampus. Mataku nyalang mencari tubuh seukuran batang lidi. Mencari rupa pipi tirus yang digemari Udin. Aku terus mencari. Sementara rasa perih masih saja menyakiti bola mataku.

"Surya!" aku mendengar suara yang tak asing. Ya, suara Udin. "Ngapain loe ampe sini? Noh, Riri," telunjuk Udin mengarah pada sosok tubuh sebatang lidi yang kucari. Sedang kaos hitam yang melekat di badan Udin telah bercampur dengan darah. 

Riri tergeletak di antara korban lain. Darah mengalir di pelipis wajah tirusnya. Kuusap pelan darah yang masih setia menetes di keningnya. Kupeluk tubuh kering itu. Erat. Nafasku. Hidupku.

"Maafin Riri, Bang," ucap pelan itu hadir ditelan nafas yang sulit dijangkaunya. Kata-kata yang selama ini selalu kuharap bisa keluar dari mulut bawelnya. Aku melihat sekilas, celana jeans biru muda miliknya bermotif bercak darah. Juga luka lebam menghiasi lengan kanannya.

Raga tipis itu masih dalam rengkuhku.

Raga penuh darah itu. Nafasku! Hidupku! Tumbang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun