Regulasi tanpa aksi. Regulasi mandul yang telah lama koyak oleh kelaliman legislator maupun para eksekutor lapangan yang fakir nurani.
Misogini ada di beragam ruang, Abang. Seakan setiap perempuan di negri ini harus bersimpuh dan legowo atas segala hak yang diperkosa seperti halnya para junghun ianfu.
Sudah seharusnya sebuah rumusan regulasi berjirah beton harus dibangun di atas pondasi batu karang keteguhan hati. Mengikis semua durjana licik Sengkuni yang setia mengabdi pada birahi egoisme diri.
Abang, perempuan yang telah pupus asanya itu, kini terbaring di bawah sebuah nisan usai ia meregang sakit terlalu banyak menenggak pil aborsi yang disodorkan oleh sang pacar.
"RIP Novia Widyasari"
Ketika ia melangkah menemui saudara-saudaranya, malahan ia diperolok sebagai sampah yang harus dibuang dari trah keluarga karena telah dituduh hamil di luar nikah.
Terlalu kelam nasib gadis tanpa ayah ini. Ayahnya berpulang beberapa saat sebelum ia sendiri tahu bahwa ia hamil.
Lebih parahnya, ada perempuan pula yang mencibir nyinyir nasib perempuan malang ini. Ada saja perempuan yang juga ikut membahanakan ajaran sesat bahwa benar atau salah, lelaki harus dijunjung tinggi.
Mungkinkah negri ini hampa naluri? Malam ini aku tepekur sendiri mengeja cahaya bohlam lampu belajar yang semakin temaram.
Negri asing ini menumpukkan lembar demi lembaran kejadian  asing yang harus kukunyah setiap hari sebagai pil menjelang tidur. Hanya agar besok aku bisa merasakan indahnya bangun pagi.
Apa bedanya negri asing ini dengan lelaki, pacar si gadis manis Novia? Dan kami para puan telah diperkosa hak kami saat kami diperdaya oleh pil tidur bermerk doktrinasi budaya dan adat agama.