Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perjalanan Rasa

22 November 2021   21:30 Diperbarui: 11 November 2022   04:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: salah satu sudut Singkawang | via instagram.com @ayokesingkawang

Kau sangat tahu aku bukan penyuka pedas. Tapi, malam itu choi pan mengantarkanku pada rasa yang berbeda. Seakan aku tak ingin meninggalkan Pontianak malam itu. 

Kau dan sebuah rasa yang menakjubkan! 

Belum lagi, saat aku dan legitimasi lidahmu harus tertahan sebentar di kota penuh sensasi. Hongkong van Borneo, Singkawang. 

Kala itu manusia belum terbungkus protokol kesehatan seperti saat ini. Singkawang begitu menyita indera dengan pesona ajaibnya. Begitupun dirimu malam itu. Matamu, senyummu, dan lembut jemarimu yang menyentuh pipi kasarku. 

Kita terhanyut dalam tebaran warna lampion. Melebur bersama dentang sepasang simbal menyusupi tarian barongsai. 

Terlebih hadirnya sejumput mie kering meringkuk dalam mangkuk kuliner kita di kedai pinggir jalan. Mie lembut dengan kuah daging sapi begitu otoriter menjelajah dan menjajah kepasrahan lidah kita. Berdua. 

Hmm, aku begitu fasih dengan intuisiku, Sinar. Memilihmu di antara wanita cantik lainnya bukan lagi soal rasa. 

Kau berlebih dengan rasamu. Dan aku hanya manusia yang mengagumi seluruh hidupmu. Bahkan, keras kepalamu, juga superioritasmu yang selalu dapat kau tundukkan hanya dengan kata "iya" dariku. 

"Makanan adalah nilai dari kejujuran. Itu yang aku tahu. Kadang, yang tidak cocok, yang tidak serasi, yang berasa kurang pas tidak perlu dijadikan satu," itu kilahmu saat mencoba semangkuk rujak soto Banyuwangi. Sedikit. Tanpa keluh apapun lagi, kau tinggalkan suapanmu. 

Aku iyakan saja. Meskipun bagiku tidak ada yang salah dengan masakan itu. 

Bumbu kacang dan petisnya begitu terasa segar, menyatu besama sayur rebus yang ditaburi toping jeroan sapi. Dan yang paling membuat cacing dalam perutku meronta adalah kuah soto yang begitu kusyuk menohok hidungku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun