Dalam bukunya tersebut Kubler Ross mencoba menguraikan lima tahap sedih karena kehilangan. Tentu saja, tidak semua orang akan mengalami fase-fase yang sama.Â
1. DENIAL. Pada tahap ini seseorang akan menolak atau menyangkal emosi dan rasa tidak nyaman yang dirasakan. Upaya ini dilakukan sebagai usaha melindungi diri sendiri dari rasa sakit atas peristiwa yang terjadi. Seolah peristiwa tersebut tidak benar-benar sedang terjadi.Â
"Ah, ini cuman sedih biasa kok. Besok juga hilang"
"Emh, engga kok. Shiro engga ilang. Besok anjing itu pasti pulang,"
2. ANGER. Dalam fase ini, ada kemarahan yang timbul dalam diri seseorang. Adakalanya, kemarahan tersebut dilampiaskan pada objek yang meninggalkan. Apa pun itu.Â
Ketika marah ini reda, maka kita akan dapat berpikir lebih rasional. Dan merasakan emosi yang telah kita tepikan pada waktu marah tersebut muncul.Â
"Oh, aku benar-benar kesal! Kok bisa-bisanya tupai itu lari!"
"Kenapa siiih, doggy-nya engga aku rantai aja di rumah? Kan aman"
3. BARGAINING. Fuiiih... Ini bukan berarti tawar menawar harga gitu ya, Kisanak...Â
Pada fase ini seseorang yang sedang kehilangan akan berandai-andai. Yups, betul banget! Di sini akan muncul pertanyaan-pertanyaan berandai-andai.Â
Pernyataan "what if" yang menggantung. Jika saja aku begini, bila saja dia begitu, andai saja iguanaku begini dan begitu.Â