Sebagian besar dari masyarakat mungkin sudah paham bahwa salah satu dampak dari aksi perundungan dan atau pelecehan seksual adalah trauma.Â
Menilik dari helpguide.org sebenarnya ada 3 kategori situasi bagaimana sebuah peristiwa menjadi pemicu seseorang pada trauma.Â
Trauma mungkin saja terjadi karena satu kali peristiwa yang membekas dalam ingatan. Misalnya kecelakaan, bencana alam, pelecehan seksual atau bisa juga kejadian masa kecil yang menimbulkan luka.Â
Bukan hanya itu, trauma terpicu dari peristiwa yang on going, terus-menerus terjadi dalam durasi yang panjang. Seperti perundungan (baik pada ranah privat maupun pribadi), pengabaian terhadap anak, maupun KDRT.Â
Meski ada pula trauma yang berasal dari sebuah kejadian yang datang hanya sekali namun tidak terduga, datang secara tiba-tiba dan mengejutkan seseorang. Seperti kematian seseorang yang dekat dengan kita, perpisahan dengan orang yang kita cintai, maupun perceraian.Â
Meski demikian, penyebab trauma tidak harus dimulai dari perkara besar. Seperti misalnya saat kita tenggelam di kolam renang mampu menjadi pemicu aquaphobia.Â
Seseorang yang sedang mengalami trauma, peristiwa pemicu datang bukan sebagai sebuah rangkaian peristiwa secara kronologis. Peristiwa atau kejadian tersebut datang begitu saja, just like flashback. Sekilas, dan terasa sebagai kejadian yang hadir pada masa kekinian.Â
Bagi para penyintas trauma, kejadian tersebut begitu nyata. Bukan dari masa lalu, meskipun kejadian tersebut berasal dari masa lalu.Â
Bila Anda penggemar drakor, pasti tidak asing bila saya menyebutkan judul, "It's Okay To Not Be Okay".Â
Ya... Salah satu scene yang menarik perhatian saya adalah saat Mun Yeong, pemeran wanita, sang penulis tenar tersebut tetiba terbangun di tengah malam, histeris, seakan kejadian masa lalu yang membangunkannya dari tidur adalah benar-benar nyata.Â
Pengalaman buruk dari peristiwa traumatis termanifestasi, salah satunya dalam gejala-gejala seperti flashback atau mimpi.