Tidak banyak yang tahu bahwa yang diinginkan oleh seseorang untuk bunuh diri bukan karena ingin LARI dari masalah, melainkan ingin MENDAPAT SOLUSI atas rasa sakit (egony) yang dirasakan.Â
Hal pertama yang dapat kita lakukan sebagai support system untuk mereka bukan memberikan ceramah panjang. No, saudara... justru kata-kata kita yang banyak, justifikasi kita, atau segala tetek bengek saran dan kritik akan membuat teman-teman yang memiliki suicidal thought akan bertambah parah.Â
Cukup dengarkan saja keluhan mereka yang mungkin akan terdengar sebagai hal yang ambivalen bagi kita. Biarkan mereka memperluas ruang pikir mereka yang menyempit.Â
Karena teman-teman yang memiliki pikiran bunuh diri membutuhkan solusi atas rasa sakit yang dirasakannya, maka satu-satunya cara adalah membawanya kepada psikolog maupun psikiater berlisensi. Supaya, teman-teman mendapatkan perawatan yang tepat.Â
2. Pikiran bunuh diri adalah dampak dari self diagnose. Oh yha? Coba cek ke diri kita sendiri.Â
Sebagai orang awam, apa yang lewat dalam pikiran kita saat kita batuk? Yang pasti ada dua pemikiran. Menganggapnya hal besar atau menganggap batuk adalah perkara sepele.Â
Begitu pula dengan beban psikologis dalam diri kita. Menganggap gejala bunuh diri seperti datangnya pikiran pasif-- suicidal thought--yang sering muncul hanyalah masalah sepele atau perlu penanganan ahli tergantung bagaimana kita menyikapinya.Â
Saya sendiri lebih senang bila saya salah. Artinya, menganggap kesehatan bukan masalah sepele adalah hal yang lebih bijak. Dengan pergi kepada ahli berlisensi kita mendapat diagnosa dan perawatan yang tepat dan akurat.Â
3. Bahwa pertolongan itu nyata ada.Â
Saya tertarik dengan tagline dr. Jiemi Ardian SpKJ. "Biarkan hidupmu ditolong".
Sebagian dari teman-teman yang mengalami mental illness, dalam hal ini pikiran bunuh diri, tidak mengetahui bahwa ada pertolongan yang tersedia bagi mereka.Â