Persahabatan, kasih, damai, sebuah ucapan "selamat pagi", atau sebuah pelukan -virtual- dari sahabat, waktu, hangatnya kekeluargaan, atau sejumput kata terima kasih dan dukungan dari seseorang yang tidak pernah kita duga sebelumnya?
Bukankah itu sebuah dimensi tanpa angka? Infinity. Tidak dapat dibatasi dengan angka.
Sebuah makna hidup yang hanya kita sendiri yang mampu memahaminya. Our own rooftop. Seperti rumah yang mempunyai rooftop atau bagian atas yang berbeda-beda, demikian pula halnya kita.Â
Satu yang ingin saya bagikan di perayaan pi ini adalah bahwa segala yang ada dalam diri kita adalah kita, you are what you are, dengan segala keunikan keterbatasan kita.Â
Apa yang ada pada kita, kemampuan, talenta, dan segala yang dapat kita capai, standar bahagia kita tidak ditentukan oleh orang lain. Bukan apa yang mereka tuntut. Bukan yang berasal dari luar kita.Â
Tetapi apa yang ada dalam diri kita.Â
Tanpa pembanding. Tidak usah tergesa bertanding hanya demi urusan besaran angka. Angka followers, angka subscriber, maupun angka suksesi yang seringkali bereujung dengan label "HARUS".
Harus menikah di usia ini, harusnya seperti ini, harusnya seperti itu, hingga lupa menyisihkan ruang bagi kegagalan dalam hidup kita.Â
Apa salahnya mempunyai keterbatasan? Apa salahnya menjadi yang biasa? Apa salahnya menjadi sederhana? Salahkah bila kita hanyalah sebuah rata-rata?Â
Satu kutipan dari seorang teman akan menutup artikel saya.Â
"Tuhan yang baik banget sama kita. Kita hanya jadi alat perantara saja. Be available kapanpun Tuhan mau pakai"