Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pi Day: Merayakan Kesederhanaan dalam Keunikan Pendekatan Pi

22 Juli 2021   10:28 Diperbarui: 23 Juli 2021   07:50 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bilangan pi| Sumber: MaxPixel's contributors via bobo.grid.id

hidup seadanya tidak sama artinya dengan hidup apa adanya

Salam pi!!

Hari ini putaran waktu membawa saya ke sebuah ingatan, kala sauh waktu jatuh pada tanggal 22 Juli. Bukan hari ulang tahun saya, tentunya. Namun, dalam beberapa waktu terakhir saya menantikan hari ini.

Ada yang istimewa dengan notifikasi pi. Simbol ini dirayakan dua kali dalam satu tahun. Pada 14 Maret tentu merujuk pada angka desimal pi 3,14 adalah hari Pi. 

Sedangkan pada hari ini, merujuk pada pecahan 22/7 yang merupakan perkiraan nilai pi, diambil sebagai penanda Hari Pendekatan Pi. Kedengaran aneh, bukan? Kek Hari PDKT ke gebetan....iye ga siii? hehehe 

Apa siiih pi? Kenapa mesti dirayakan? Apa istimewanya?

"Hffth...pelajaran memusingkan!" begitu keluh siswa pemula saya sambil memajukan bibirnya, kesal.

Hmm, entah mengapa tetiba saya teringat Poltak dan kawan-kawan sekolahnya....... Masihkah ia di Untoroloyo?

Hey...kenapa jadi ngebahas si Poltak itu? Balik, balik. Kita balik lagi ke Pi Day. 

Ternyata π Bukan Phi

Somehow, banyak orang selama ini membaca π sebagai phi. Pada literasi Yunani, π dibaca sebagai pi yang secara sederhana bernilai 3,14. Sedangkan phi adalah abjad Yunani dengan simbol Φ dengan besaran nilai 1,618.

via math.psu.edu
via math.psu.edu

Notifikasi Φ digunakan untuk menunjukkan golden ratio, yaitu rasio antara satu urutan bilangan dengan bilangan sebelumnya pada deret Fibonacci. Nah, ini nih deret Fibonacci, kawan.... 

1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, ....... (ga usah diitung rasionya, udah pasti ketemu pembulatan desimal 1, 618.) 

Tapi, tunggu dulu, kawan kali ini saya tidak akan memasukkan artikel berikut dalam kategori ruwet bin mbundhet. Ga percaya? Lanjutin yuks...

Konon, nilai π mulai dilirik sebagai bab dan ayat yang dianggap penting karena manusia terlalu kepo alias pengen tahu banget seberapa besar keliling equator bumi. Teori konspirasikah ini? Marniri...mari nilai sendiri.

Banyak penemuan artefak kuno yang membuktikan betapa rasa kepo manusia pada nilai π ini dimulai sejak 4 milenium yang lalu. 

Mulai dari catatan pada tablet Babilonia kuno, lalu nilai pi sebesar 3,16 yang termuat dalam perhitungan luas lumbung padi yang dihitung dalam Papyrus Rhind pada masa Mesir Kuno, hingga masa keemasan Bapak Sains Eksperimental, Archimedes dari Syracusa yang mengupas tuntas pi dalam essainya tentang "Pengukuran Lingkaran". 

Oh, ya. Tidak ketinggalan juga The Incredible Isaac Newton beserta Leonhard Euler, Gauss dengan merevolusi teknik perhitungan perkiraan π menggunakan deret tak terhingga. Ini cukup membuktikan betapa besar upaya manusia mengurai misteri besaran π.

Meski hingga kini belum ada satu pun manusia yang mampu membuat pernyataan absolut mengenai besaran nilai π yang sebenarnya.

Pada masa perkembangan awal ilmu matematika, para ahli menyatakan bahwa inovasi perkiraan nilai π dianggap sebagai penistaan terhadap kemahatahuan Tuhan. Transenden!!

π memang merupakan bilangan transenden, π bukanlah solusi atau akar dari persamaan polinomial -suku banyak-dengan koefisien rasional.

Ini apaaaa lagi?

Itu frasa ruwetanisia, kaka... hehe

Ayolah, usaikan semua bahasa ruwetanisia itu, kawan. Mari bersenang-senang dengan matematika. Bukankah ini hari raya Pi?

Suatu ketika, saat saya mengajar teorema Pythagoras kepada seorang anak kelas lima SD, tetiba ia berkata, "Kalau begitu berarti setiap kali kita menghitung luas maupun keliling lingkaran itu bukanlah hasil yang betul dong, Miss?" biasanya saya akan tersenyum bila mendengar siswa yang bertanya seperti ini. 

Tentu saja siswa tersebut akan belajar melewati masa bingungnya, dengan mengenal pi dari pi sendiri. Exercise will makes you better, right? Latihan adalah kunci utama pengetahuan. 

Seperti Gobin Vashdev dalam bukunya Happiness Inside mengatakan, "Bingung adalah awal dari sebuah pencerahan."

Karena pembahasan misteriusnya pi adalah suatu pembahasan yang cukup menarik, maka mari kita merayakan hari pi ini dengan lebih sederhana.

Matematika adalah Dunia Penuh Filosofi. It's All About Life. 

via cheerfulgreek.co.uk
via cheerfulgreek.co.uk
Sejauh saya mengenal matematika, saya bukan hanya mengenal bilangan dan formula sebagai pengetahuan dan perhitungan rumit mengenai nilai pasti.

Kompleksitas rumus pada integral, limit, trigonometri, calculus, fibonacci, dan beragam teorema dalam matematika adalah sebuah keajaiban semesta. 

Termasuk betapa misteriusnya nilai π yang hingga kini belum mampu terpecahkan oleh daya nalar manusia.

Ada yang menyebutkan dalam perkembangan kemampuan dunia komputerisasi kekinian telah mampu membaca nilai π hingga 13 triliun tempat desimal. 

Seberapa pun besar tempat desimal yang mampu dibaca oleh manusia dalam memperkirakan nilai π, itu hanya akan menunjukkan keterbatasan kita sebagai manusia. 

Apakah teman-teman pernah bertemu dengan segala sesuatu yang tidak dapat diukur dengan angka? 

Persahabatan, kasih, damai, sebuah ucapan "selamat pagi", atau sebuah pelukan -virtual- dari sahabat, waktu, hangatnya kekeluargaan, atau sejumput kata terima kasih dan dukungan dari seseorang yang tidak pernah kita duga sebelumnya?

Bukankah itu sebuah dimensi tanpa angka? Infinity. Tidak dapat dibatasi dengan angka.

Sebuah makna hidup yang hanya kita sendiri yang mampu memahaminya. Our own rooftop. Seperti rumah yang mempunyai rooftop atau bagian atas yang berbeda-beda, demikian pula halnya kita. 

Satu yang ingin saya bagikan di perayaan pi ini adalah bahwa segala yang ada dalam diri kita adalah kita, you are what you are, dengan segala keunikan keterbatasan kita. 

Apa yang ada pada kita, kemampuan, talenta, dan segala yang dapat kita capai, standar bahagia kita tidak ditentukan oleh orang lain. Bukan apa yang mereka tuntut. Bukan yang berasal dari luar kita. 

Tetapi apa yang ada dalam diri kita. 

Tanpa pembanding. Tidak usah tergesa bertanding hanya demi urusan besaran angka. Angka followers, angka subscriber, maupun angka suksesi yang seringkali bereujung dengan label "HARUS".

Harus menikah di usia ini, harusnya seperti ini, harusnya seperti itu, hingga lupa menyisihkan ruang bagi kegagalan dalam hidup kita. 

Apa salahnya mempunyai keterbatasan? Apa salahnya menjadi yang biasa? Apa salahnya menjadi sederhana? Salahkah bila kita hanyalah sebuah rata-rata? 

Satu kutipan dari seorang teman akan menutup artikel saya. 

"Tuhan yang baik banget sama kita. Kita hanya jadi alat perantara saja. Be available kapanpun Tuhan mau pakai"

Sekian dari saya, selamat merayakan hari Pendekatan Pi... 

Sampai jumpa...!! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun