Notifikasi Φ digunakan untuk menunjukkan golden ratio, yaitu rasio antara satu urutan bilangan dengan bilangan sebelumnya pada deret Fibonacci. Nah, ini nih deret Fibonacci, kawan....Â
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, ....... (ga usah diitung rasionya, udah pasti ketemu pembulatan desimal 1, 618.)Â
Tapi, tunggu dulu, kawan kali ini saya tidak akan memasukkan artikel berikut dalam kategori ruwet bin mbundhet. Ga percaya? Lanjutin yuks...
Konon, nilai π mulai dilirik sebagai bab dan ayat yang dianggap penting karena manusia terlalu kepo alias pengen tahu banget seberapa besar keliling equator bumi. Teori konspirasikah ini? Marniri...mari nilai sendiri.
Banyak penemuan artefak kuno yang membuktikan betapa rasa kepo manusia pada nilai Ï€ ini dimulai sejak 4 milenium yang lalu.Â
Mulai dari catatan pada tablet Babilonia kuno, lalu nilai pi sebesar 3,16 yang termuat dalam perhitungan luas lumbung padi yang dihitung dalam Papyrus Rhind pada masa Mesir Kuno, hingga masa keemasan Bapak Sains Eksperimental, Archimedes dari Syracusa yang mengupas tuntas pi dalam essainya tentang "Pengukuran Lingkaran".Â
Oh, ya. Tidak ketinggalan juga The Incredible Isaac Newton beserta Leonhard Euler, Gauss dengan merevolusi teknik perhitungan perkiraan π menggunakan deret tak terhingga. Ini cukup membuktikan betapa besar upaya manusia mengurai misteri besaran π.
Meski hingga kini belum ada satu pun manusia yang mampu membuat pernyataan absolut mengenai besaran nilai π yang sebenarnya.
Pada masa perkembangan awal ilmu matematika, para ahli menyatakan bahwa inovasi perkiraan nilai π dianggap sebagai penistaan terhadap kemahatahuan Tuhan. Transenden!!
π memang merupakan bilangan transenden, π bukanlah solusi atau akar dari persamaan polinomial -suku banyak-dengan koefisien rasional.
Ini apaaaa lagi?
Itu frasa ruwetanisia, kaka... hehe