2. Hindari melawan segala perasaan dan emosi yang datang
Grieving, atau bersedih memang ada masanya. Tetapi bukan untuk dilakukan terus menerus. Ingat, segala yang kurang maupun berlebih pasti tidak baik bagi kita.Â
Menukil dari sebuah studi yang dilakukan beberapa peneliti dari University of Texas, dalam The Journal of Neuroscience 1 Mei 2019 lalu, mengenai dampak upaya individu melupakan kejadian buruk pada otak.
Dikatakan bahwa semakin tinggi pemrosesan memori, akan menyebabkan memori semakin kuat, sehingga otak justru akan lebih mengingat dari pada melupakan.
Semakin kita mencoba melupakan perasaan tidak nyaman itu, melupakan kenangan dan ekspektasi kita, maka semakin kuat pula perasaan itu bercokol, semakin berakar dalam diri kita.Â
So, plis lah, sobs. Bila ada di antara kita yang sedang berupaya keras melupakan seseorang atau berusaha dengan seluruh energi menghapus semua rasa tidak nyaman itu, berhentilah. Berhenti melawannya.
3. Maafkan, lalu beranilah move on!
Mau tahu keyword move on? Forgiveness. Yups. Belajar dari proses depresi, saya sadar, bahwa ternyata, memaafkan adalah ramuan paling mutajab. Jangan karena terpaksa. Lakukan dengan tulus. Let everything go. Meskipun kita sepertinya tidak menerima apa pun setelah memaafkan semua.
Cobalah memaafkan diri kita sendiri. Berdamailah dengan diri kita. Hentikan self blamming, sebelum kita memaafkan orang lain.
Katakan pada diri kita,
'maaf, telah membuatmu sakit'
'maaf, telah mempertemukanmu dengan orang yang salah'
'maaf, telah membawamu pada kejadian yang tidak enak, maaf yha,'
Lalu akhiri dengan penuh welas asih, 'aku menyayangimu, diriku'