Duh, kenapa saya yang jadi geregetan gini yha?Â
Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka yang terdampak ghosting ini, sobs?
Yang biasanya terjadi pada korban adalah timbulnya kemarahan, rasa dendam, ghostee (korban) akan merasa dirinya bloon rendah diri, merasa sebagai manusia yang paling buruk sedunia, stres tiada berujung, bahkan bagi mereka yang jatuh dalam jurang depresi yang dalam mampu melakukan aksi bunuh diri. I'm not kiddin, guys.
Dalam satu studi lain tentang pengaruh stres terhadap gangguan psikopathy tersebutlah sebuah fenomena brokenheart syndrome atau lebih dikenal dengan Takotsubo cardiomyopathy, yaitu suatu kondisi dimana otot jantung tetiba melemah, sehingga tidak dapat memompa darah dengan benar. Begitu saya kutip dari health.havard.edu.
Lalu apa yang harus kita lakukan agar dapat move on?Â
Nah, ini salah satu pertanyaan yang seringkali ditanyakan oleh ghostee (korban ghosting). Tapi, sebelumnya mari pahami dulu tentang fase kehilangan.
Kehilangan sosok yang kita sayangi memang fase yang sudah pasti dialami oleh setiap manusia. Selama kita masih menjadi makhluk yang fana, maka kehilangan merupakan satu bagian yang tidak dapat kita tolak kehadirannya, atau menghindarinya. Cepat ataupun lambat kita pasti mengalami fase tersebut.
"Biarkan waktu yang menyembuhkan"
Ya, ya, ya....engga ada yang salah dengan pernyataan itu, sobs. Hanya saja, statement itu juga tidak sepenuhnya benar.
Dengan berjalannya waktu kondisi emosi individu yang mengalami fase kehilangan, mengalami patah hati, memang akan berangsur normal kembali.
Hanya saja, perlu dicetak tebal, pun digarisbawahi bahwa patah hati ga bakal sembuh pulih tanpa kita berbuat sesuatu, gengz.
Bila individu berada dalam fase kehilangan, terjebak kegalauan, meratapi hidup dan kegagalan, tanpa berbuat sesuatu for coping it, yha tetap saja stuck di satu kondisi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!