Bagaimana mentemen menanggapi cuitan warga republik Twitter di atas? Tertawa atau,...tersinggung?
Tentu saja itu terserah mentemen. Setiap orang berhak mempunyai sensitifitas humor masing-masing. Normal, lah...
Seperti pernah saya dengar salah satu respon Pandji Pragiwaksono, sang artis standup comedy, "ya saya nge-jokes atau tidak, Anda tetap saja tersinggung pada hal itu, bukan?"
Bila suatu saat nanti telah ditemukan obat atas virus "pintar bermutasi" Covid-19, mungkin kondisi kesehatan masyarakat Indonesia segera pulih. Namun, beban mental selama masa pandemi membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih kembali.
Manfaat Ketawa Itu Apa?
Indonesia butuh ketawa? Tentu saja! Menertawakan diri sendiri membawa efek positif bagi imunitas tubuh. Apa manfaat kita tertawa?
Profesor Janet M. Gibson dari Universitas Grinnell menyatakan bahwa menertawakan sebuah hiburan adalah sebuah cara untuk bertahan dari situasi pelik. Cara inilah yang membuat kita menjadi kuat dalam menghadapi permasalahan.
Hormon yang berfungsi sebagai neurotransmitter seperti serotonin, misalnya, akan timbul pada saat kita tertawa.
Dengan meminimalisir respon otak kita pada ancaman yang datang, maka akan membatasi pula pelepasan hormon kortisol yang akan berpengaruh pada kinerja kardiovaskular, metabolisme tubuh, dan sistem imun kita.
Tidak berbeda, Glenn Duggman berpendapat bahwa pengalaman humoris seseorang pada masa kecil akan berpengaruh pada respon seseorang tersebut di usia dewasa.
Masyarakat Indonesia dengan meningkatnya segala tekanan yang berpengaruh terhadap rasa cemas, takut, marah, akan mengakibatkan tingkat stres pada diri seseorang.
Apabila "pengalaman" dengna tertawa lebih banyak, maka tingkat stres seseorang diharapkan mampu menurun. Entah dalam intensitas tinggi ataupun rendah, tetap saja hal tersebut sangat berpengaruh pada kondisi mental seseorang...