Dopamin kini diburu demi terselenggaranya bahagia dalam hidup setiap orang. Ya, ini normal saja. Karena masih banyak dari kita yang menganggap bahwa lawan takut yha senang dan rasa gembira.Â
Sebelum melegalkan klaim tersebut, mengapa kita tidak mencoba untuk mencari tahu apa alasan ketakutan yang disinyalir sebagai pemantik segala emosi negatif?
Takut adalah salah satu emosi dasar dalam diri manusia. Takut timbul tatkala sesuatu di luar diri kita mencoba mengambil alih rasa nyaman, dikenal oleh amygdala sebagai ancaman. Dalam ilmu psikologi, biasanya ada 3 macam respon individu terhadap rasa takut; fight, fly, atau freeze.
Sebenarnya takut merupakan emosi yang muncul supaya kita aware, waspada, berhati-hati. Ketakutan adalah hal yang normal. Biasa terjadi pada manusia. Bayangkan saja bila hidup ini tidak tercipta rasa takut. Yang terjadi mungkin kita loss dhol...
Coba bayangkan bila tidak ada rasa takut akan virus covid. Bila kita sama sekali tidak takut menjadi reaktif, atau terpapar virus yang mematikan ini. Mungkin para peneliti tidak akan membuat penelitian tentang vaksin.Â
Tapi, tunggu dulu. Apakah takut adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan kita membutuhkan tawa?Â
Ada beberapa pendapat dari para ahli psikologi mengenai tertawa. Tertawa ternyata mampu membuat tingkat hormon serotonin, dopamin, serta endorfin berada pada tingkat yang stabil.
Faktor-Faktor yang Mendukung Penerimaan Seseorang Terhadap Humor
Salah satu psikolog yang mengadakan penelitian tentang tertawa, Glenn Duggman menyatakan bahwa tertawa merupakan aktivitas emosional yang setingkat dengan menangis.
Wew, kok bisa?
Glenn berpendapat bahwa pada saat sebuah masalah atau sesuatu peristiwa yang dialami oleh sekelompok orang maka tanggapan seseorang mungkin akan berbeda dengan orang lainnya.
Hal ini, menurut Glenn, terjadi karena tingkat sensitifitas humor antara satu orang dengan yang lain sangatlah berbeda.