Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Sukses Tanpa Depresi, Waspadai Impostor Syndrome

10 Desember 2020   18:18 Diperbarui: 11 Desember 2020   18:18 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari beberapa penelitian, fenomena Impostor Syndrome ini banyak terjadi di kalangan para fresh graduate yang baru saja terjun di dunia karir. 

Fenomena yang berawal dari penelitian Paulinne Clance dan Sussan Imes di tahun 1978, sempat mengungkap fakta dari sejumlah wanita karir yang berprestasi hanya menganggap segala pencapaiannya merupakan sebuah keberuntungan semata.

Namun, seiring berjalannya waktu beberapa penelitian mengungkapkan bahwa fenomena ini dialami oleh mereka yang berprestasi, baik laki-laki maupun perempuan.

Mengenali Karakter Impostor Syndrome 

Seseorang yang mengalami impostor syndrome bukan ingin merendahkan hati, namun lebih cenderung merasa bahwa dirinya tidak layak atas prestasi yang disandang. 

Seringkali merasa ragu, bahkan takut. Selalu timbul keinginan untuk membuktikan kepada dunia bahwa ia benar-benar mempunyai kemampuan dalam bidang yang sedang digeluti. 

Individu yang mengalami fenomena ini merasa takut bahwa hasil akhir dari apa yang ia kerjakan tidak bagus. Ia akan berusaha sekuat tenaga agara usahanya tidak mengalami kegagalan. 

Ketakutan inilah yang seringkali mendatangkan stressor kuat pada seorang impostor, sehingga ia seringkali mengalami overthinking. Bila kondisi ini terus menerus berlangsung, maka akan mengakibatkan stres.

Pada dasarnya impostor syndrome bukan merupakan gangguan mental atau mental illness. Namun, dengan pembiaran dalam rentang waktu yang panjang, impostor syndrome akan berujung pada depresi. Ingat, depresi merupakan gangguan jiwa yang membutuhkan pertolongan khusus dari para ahli kejiwaan.

Bagaimana Siklus Impostor Syndrome?

Dalam siklusnya, individu impostor seringkali dikaitkan dengan karakter perfeksionisme.

Secara umum, siklus impostor terbagi menjadi dua pola.

Pola pertama, individu sebagai impostor akan bekerja lebih awal namun akan berusaha keras sedemikian rupa, sehingga dalam penyelesaian tugas biasanya membutuhkan durasi yang lebih lama. Ini dilakukan karena individu tidak ingin hasil akhirnya akan mengalami kegagalan. Ia mempersiapkan segala sesuatunya dengan sesempurna mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun