Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagiamu adalah Bahagiaku? Engga Juga Tuh

14 Oktober 2020   21:19 Diperbarui: 15 Oktober 2020   00:01 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kebahagiaan itu milik kita, tanggung jawab kita | via pixabay.com

Dopamine. It's all bout pleasure and reward. Hormon ini terlepas ketika kita berhasil melakukan sesuatu yang kita idamkan. Ada perasaan senang saat kita berusaha keras Dan saat kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.

Seperti misalnya kita pengen nulis yang artikel yang super keren. Trus kita berusaha sekuat tenaga melakukannya, lalu akhirnya terpilih menjadi Artikel Utama dengan jumlah viewer ratusan ribu orang. Hedew, senengnyaaaa, (ahahay kapan tuh? ) Nah, pada saat itulah dopamin keluar, kemudian menghasilkan perasaan senang dalam diri kita.

Oksitosin. Hmm, hormon ini biasanya berkaitan dengan perasaan love and trust. Hormon ini biasanya memunculkan perasaan senang pada seorang ibu yang baru saja melahirkan bayinya, atau pada saat sang ibu menyusui bayinya. 

Hormon ini menimbulkan pula perasaan senang berkumpul dengan keluarga, senang merasa dimiliki oleh keluarga. 

Si oksitosin ini pun hadir, saat kita sedang jatuh cinta. Hormon inilah yang bikin kita kek deg-degan, muka memerah, keringetan waktu deket gebetan ( eits...adakah yang ngerasa lagi fallin love? congrats yha...)

Serotonin. Pernahkah mentemen berbagi sesuatu ke sesama yang sedang dalam kondisi membutuhkan pertolongan? Oh come on, what a question :v Pastinya udah pernah lha yha...

Mungkin mentemen pernah mengunjungi panti jompo atau panti asuhan? Suatu kali saya pernah mengunjungi mereka bersama beberapa teman. Sesaat setelah kami melakukan beberapa kegiatan bersama mereka, tak lupa, kami memberikan pelukan hangat bagi mereka. Sensasi kehangatannya tak terlupakan hingga kini. Senang dan haru seperti itulah yang terjadi bila hormon social-able ini bekerja.

Ada sebuah hasil penelitian dari mahasiswa Universitas Brawijaya berkaitan dengan hormon serotonin beberapa waktu lalu, yang cukup mengesankan. Dikatakan dalam penelitian tersebut, bahwa gending Jawa mampu menghasilkan gelombang suara supersonik, yang dapat mempengaruhi keluarnya hormon serotonin. 

Lebih lagi dinyatakan, bahwa alunan musik Jawa yang pelan dan teratur akan menstimulus hipothalamus untuk memproduksi serotonin. Emejink ya, Kawans...promo budaya sendiri nih, makanya cintai budaya kita sendiri, Brader, Sista...

Well, sebenarnya masih ada unsur penyusun bahagia lainnya, seperti hormon endorfin, yang bertugas sebagai pain killer; bila masalah datang, hormon inilah yang akan membawa kita untuk memutuskan menggunakan fight or flight system. 

Bahagia tidak mungkin hanya terdiri dari hormon dopamin saja, atau serotonin saja, atau endorfin saja. Tidak, Alfredo, tidak....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun