Well,...well,...well.....finally good news is a good news...
Setelah jalan-jalan di kolom politik...belok dikit yuks, ada yang menarik nih, dari pada nge-gibahin Mas Gibran mulu...
Bentar, Baginda....let me take a brake for a while, minum-minum dulu deh, ntar lanjut cerita lagi...
Kay...here we go....
Mmm, maaf, Baginda. Tapi menemani driver bus ini selama 2 jam sungguh serasa menumpang mobil pribadi. Dingin (dasar saya....). Rupa-rupanya freon AC bus ini pun tak lupa disentuh oleh para teknisi.Â
Bai dhe wey... Saya memang punya hobi yang nganeh-anehi. Kali ini saya berniat nyoba keliling Solo via Teman bus --brandmark baru bagi armada bus hasil inject dana dari Kemenhub--
Masalah ongkos? Don't worry, be hepi, xixixi :) selama bulan Juli sampai dengan Desember kami warga Solo digratisi wara wiri, mbolang di wilayah Solo naik Teman bus.
So, dengan umba rampe yang penuh sigap, masker and semua piranti, let's go... puter-puter Solo.
Nah, ini nih ada kabar bukan hoaks, Baginda. Ceritanya, kita warga Solo baru-baru ini ditraktir ama Kemenhub.Â
Pasalnya, demi kelancaran aktivitas masyarakat Solo, juga untuk mengurai kemacetan di Solo yang terbilang cukup padat, maka muncullah satu inisiatif Kemenhub yang diberi tema "buy the service".
Skema ini sebenarnya sudah menjadi wacana Kementrian di bawah pimpinan Pak Budi Karya sejak bulan September 2019 yang lalu. Adakah dari antara Baginda pernah mendengar skema "buy the service"?
Skema yang ditawarkan kepada 5 kota  beruntung itu menggelondorkan dana sekitar 250 eM dalam kurs rupiah. Berarti tiap kota akan menerima duit sejumlah 50 M. Buat apooo seeeh?
Selama masa pandemi Covid-19 ini kan kita semua tahu sektor ekonomi lagi mampet. Saking mampetnya semua sektor kehidupan pun serasa buntet.
Take...
Inisiatif Kemenhub untuk menyuntikkan dana bagi para pengusaha organda akhirnya menjadi nyata.
Solo berada di jajaran 5 kota (besar) yang mendapatkan inject dana ini, selain Palembang yang telah satu bulan lebih awal menerapkan sistem buy the service, menyusul Yogyakarta, Medan, dan Denpasar.
Melalui sistem buy the service inilah PT. Bengawan Solo Trans sebagai pemenang lelang, kembali hadir sebagai jembatan bagi berputarnya kembali aktifitas masyarakat kota asal mas Gibran juragan Chilli Pari.
Sejumlah 18 armada bus telah dikerahkan untuk mengisi jalur koridor 3 yang menyisir trayek wilayah Solo bagian selatan, mulai dari Tugu Cembengan-Terminal Kartosuro.
Sedangkan trayek jalur wilayah Solo bagian utara diisi oleh 22 armada bus untuk koridor 4 rute Terminal Palur- Terminal Kartosuro via Terminal Tirtonadi. Sehingga, penumpukan penumpang pada saat peak hours -biasanya sekitar pukul 12:00-13:00- akan teratasi. Selain itu, jarak antar bus hanya kurleb (kurang lebih) 10 menit.
Apa yang baru?
Setelah penandatanganan MoU antara Kemenhub dengan pihak PT. BST, salah satu poin yang telah disepakati adalah  adanya pembenahan beberapa sarpras, sarana dan prasarana, yang harus disesuaikan dengan semua protokol kesehatan new normal.
Perbaikan fasilitas dari bus ukuran medium ini adalah tempat duduk, yang pada kondisi normal biasanya berisi 20-30 orang, mau tidak mau harus berkurang menjadi 12-15 seat saja yang boleh digunakan penumpang.
Dengan adanya penambahan armada tersebut diharapkan para penumpang belajar membiasakan diri untuk tidak uyel-uyelan, berhimpit-himpitan saat menggunakan moda Teman bus.
Nah, yang menarik dari perbaikan sarpras ini adalah adanya penambahan CCTV dan alat pendeteksi jumlah penumpang. Selain sebagai alat pengamanan, maka agar penumpang bertambah nyaman, pada setiap unit bus dipasang alat pendeteksi jumlah penumpang. Ini berkaitan dengan seruan Pemerintah untuk tetap menjaga jarak.
Ok, ok...mari kembali menyisir interior bus yang dahulu berada di bawah komando Damri. Kini dengan sistem buy the service, kami warga Solo punya angkutan umum yang nyaman digunakan semasa pandemi. Well, big apreciate for Kemenhub.
So, let us see, mulai dari tampilan luar Teman bus, Baginda. Berbagai karakter wayang seperti Puntadewa, Semar, Arjuna, Werkudara, hingga para Punakawan ikut menghiasi eksterior bus, yang pada awalnya dipenuhi dengan stiker-stiker produk-produk tertentu.
Body interior bus yang baru ini dilengkapi dengan monitor yang mengarah tepat kepada driver. Ini salah satu cara untuk memonitor kinerja dan stamina driver selama mengendarai Teman bus. Which is, selama bertugas, seorang driver tidak diperkenankan untuk minum, makan, maupun mengantuk,...
Bukan hanya kenyamanan penumpang saja yang diperhatikan. Sejauh pengamatan saya, di sebelah kanan dasboard depan dipasang sebuah layar kecil sebagai penghubung antara pihak operator Teman bus dengan driver apabila di tengah perjalanan didapati kerusakan pada mesin ataupun sarpras bus yang lain.
Hmmm, cukup nyaman.
Next... Baginda...
Untuk koridor 1 rute Bandara Adisumarmo - Terminal Palur dan koridor 2 rute Terminal Kerten-Terminal Palur, direncanakan akan beroperasi sebagai angkutan pembelah jalan protokol besar di kota Solo, seperti layaknya Jalan Slamet Riyadi, di bulan Agustus mendatang.
"Ini baru dalam perbaikan, Mbak. Rencananya nanti untuk koridor 1 dan 2 akan didisi oleh bus ukuran besar dengan posisi low deck di pintu masuk maupun depan," begitu penjelasan salah satu petugas Dishub yang enggan disebut namanya, saat saya berhenti di terminal Kartosuro.
Di tengah waktu istirahatnya, saya mencoba berleyeh-leyeh, bersambung rasa dengan beberapa driver Teman bus yang menunggu armadanya disemprot disinfektan. Sambil menunggu bus koridor 4, saya sempat berbincang dengan salah satu driver Teman bus.
"Sebenarnya ini bagus, Mbak. Tapi kemarin waktu kita (read: driver) ada workshop, kami sempat bertanya juga masalah sistem yang sekarang,"
"Enakan mana, Pak. Sistem yang sekarang dengan yang dulu?"
"Ya, menurut saya sih yang dulu, Mbak. Kita sebagai driver diperbolehkan untuk minum, atau berhenti sebentar untuk ibadah. Kalau yang ini ga bisa, Mbak. Selain itu sistem sanksi bagi pelanggaran driver, itu masih samar, Mbak," tukas salah seorang driver Teman bus.
Gaji sebesar 3 juta per bulan, bagi kami warga Solo mungkin sudah dapat dikatakan mencukupi. Karena yha, biaya hidup di sini kan beda ama di Jakarta, atau kota besar lainnya to, Baginda.Â
Apabila dilihat dari jam kerja driver, maka jam kerja yang dibagi menjadi dua shift bagi seorang driver pun cukup manusiawi, yaitu antara jam 05:00 - 13:00 dan antara jam 13:00 hingga 20:00.
Hanya saja, dari sisi kesehatan driver harus dijaga juga. Bukan begitu, Baginda? Itu sih teori konspirasi saya, hehehe... Anyway dua jam engga minum itu bisa bahaya lho, bisa dehidrasi.
Koreksi lain adalah menyoal halte bus. Saya masih banyak berharap, beberapa halte bus dengan posisi high deck segera disesuaikan. Untuk ukuran kota Solo yang kecil namun dinamis, halte bus ukuran mini yang bertebaran tanpa jarak yang pasti sangat menyulitkan driver untuk mematuhi aturan sesuai sistem yang berlaku.Â
Jarak antar halte bus pun tak menentu. Ada jarak yang begitu panjang, ada juga yang hanya berjarak sekitar 200-300 meter antar halte.
Kesulitan driver untuk menjangkau halte mini tersebut sangat terlihat jelas di bahu Jalan Yos Sudarso, bila pagi menjelang siang sering dipadati oleh mobil-mobil yang berparkir di bahu jalan. Hal ini mengakibatkan para driver kesulitan untuk menjangkau halte, jikalau menurut peraturan penumpang yang turun diharuskan melalui pintu utama bus.
Mengingat pintu utama Teman bus koridor 3 dan 4 masih high deck, jadi harus pas dengan halte. Bila penumpang turun melalui pintu depan yang diperuntukkan bagi penumpang yang naik, maka driver akan terkena sanksi berupa denda sebesar Rp 10.000 per 5 kilometer.
Permasalahannya, angin segar ini memang terasa nyaman dari pihak konsumen, hanya saja, beberapa fasilitas pendukung musti diperhatikan juga, Baginda. Agar semua mampu berjalan nyaman.
Well, go with the flow yha gengz...ikutin dulu lhaah, masih ada waktu. Dari pengamatan saya selama kurleb sebulan ini, sepertinya masyarakat sebagai stakeholder juga dituntut melatih diri dengan segala ketentuan baru, termasuk sistem cashless dan semakin memahami pentingnya menjaga kesehatan ala Kemenhub.
Way to go.....Yha, at least ada kabar lain dari Solo selain Mas Gibran Raka yang lagi membuming, hehehe .....
Hmm, sudah sampai jembatan Bengawan Solo, nih. Ini destinasi saya, Baginda....rekreasi ga perlu jauh-jauh kan? Lagian masa pandemi begini, me time di pinggir Bengawan Solo bisa jadi opsi tersendiri.
So, see yaaa, have a nice day...
*Solo,....#gueindonesia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI