"Masih teringat segala rancang dan rencana kami. Masih terlihat senyum manis sebagian siswa kami. Masih terasa hangat perbincangan kami yang berantusias menyambut hari baru. Masih terkenang seluruh angan yang melilit kesenangan."
Ternyata itu semua harus luruh. Kabar hari ini dari Gugus Tuga Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surakarta menginformasikan bawa Solo kembali dinyatakan berada dalam black zone.
Eits....wait, wait, wait,...kalo saya sebut black zone ntar ada yg duko, marah, jengkel, lan sapiturute...
Solo itu kan bulan Juni 2020 sudah dalam kondisi level kuning, mo ke-ijoan bagus tow? Ya meskipun kita semua tahu, kalau dalam masa pandemi seperti ini, level ijo itu belum tentu daerah yang ga terkena corona sama sekali.
Beberapa hari terakhir ini, koran-koran lokal, bahkan Kompas.com pun memuat berita soal Solo yang kembali berstatus merah. Kok bisa?
Jadi begini, Baginda.....
Diwartakan bahwa di Surakarta Hadiningrat telah ditemukan 25 kasus positif Covid-19. Hladalah...ini jadi kabar mencengangkan. Karena selama ini jumlah pasien terpantau cukup stabil, bila ada penambahan yha paling antara 1-2 orang.Â
Menurut ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surakarta, Ahyani, beliau nate maringaken atur, memberi pernyataan, bahwa pertambahan jumlah kasus seperti ini sungguh di luar dugaan. Di luar ekspektasi (who knows it would be happened just like this?).
Karena keterkejutan yang semena-mena itulah akhirnya muncul istilah Zona Hitam ....
Munculnya black zone area ini kemudian mengalihkan dunia Pak Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo ikut bersabda. With his unsmilling face, bliau bilang,"Zona hitam ki jarene sopo to?" (zona hitam itu kata siapa).