Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Tanakapu, Senyum Mereka, Senyum Kita Semua

2 Juli 2020   10:10 Diperbarui: 18 Juni 2021   17:55 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kesibukan anak-anak Tanakapu belajar membaca dan menulis | dok. Ibu Rince via Winsi

Semakin hari, chatting dengan Ibu Rince semakin membuat tekatku membulat. Beliau banyak bercerita tentang mimpi anak-anak Tanakapu yang ingin belajar banyak hal di luar kampung mereka.

Dari mana mereka tahu, bila mereka tak pernah mendengar kabar? Dari mana mereka mendengar jika mereka tak pernah membaca? Dari mana mereka mampu membaca bila mereka miskin materi bacaan?

Lalu aku mencoba mengumpulkan buku-buku lawas berdebu dari gudang. Lumayan juga banyaknya. Dengan sedikit nyali akhirnya aku mencoba mengganti kegelisahan mereka. 

Nyali? Ya, aku hanya anak rebahan. Selama ini aku hanya menikmati segala fasilitas dari Mama dan Papa. Aku tak bisa diam saja dan melihat mereka yang rindu belajar, bahkan hanya untuk membaca saja begitu susahnya.


suasana belajar di ruang belajar Yayasan Tangan Pengharapan, Tanakapu | dok. Ibu Rince
suasana belajar di ruang belajar Yayasan Tangan Pengharapan, Tanakapu | dok. Ibu Rince
Lihat mereka. Itu tempat terbaik mereka belajar. Segala umur campur aduk jadi satu, mulai dari anak usia TK sampai dengan kelas 5 SD.

Mungkin buku-buku lawasku ada gunanya buat mereka. Tapi, entah ada gunanya atau tidak, kukirimkan saja. Aku tak peduli. Aku membungkus buku-buku bekas tersebut bersama nyali kecilku di dalamnya.

Sebulan berlalu, tetiba ada notif chat dari Bu Rince. Sempat ada haru saat aku membuka gambar yang dikirimkan Bu Rince via  chatting WhatsApp.

senyum indah anak Tanakapu bersama Ibu Rince| dok. Ibu Rince via chat Winsi
senyum indah anak Tanakapu bersama Ibu Rince| dok. Ibu Rince via chat Winsi

Di bawah gambar tersebut, tertulis pesan dari anak-anak Tanakapu, "Terimakasih, Kakak Winsi."

Lihatlah senyum mereka. Bagiku, buku-buku tersebut hanyalah buku bekas yang menumpuk, berdebu, di sudut gudang rumahku. Aku tak mengira nyali kecilku ternyata membawa senyum bahagia bagi mereka.

 

kesibukan anak-anak Tanakapu belajar membaca dan menulis | dok. Ibu Rince via Winsi
kesibukan anak-anak Tanakapu belajar membaca dan menulis | dok. Ibu Rince via Winsi
Begitulah cerita dari seorang anak rebahan. Bulan Juni tahun ini, ia tergerak untuk menggerakkan jemari medsos, mengajak teman-temannya yang lain untuk menggalang buku bekas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun