Atau seorang pemabuk yang telah dua bulan tidak menyentuh dunia miras, lalu tetiba melihat sebotol miras....what would he do?
Berangkat dari usaha yang berat untuk meninggalkan bad habbit, entah mengapa saya jadi teringat satu metode yang digunakan oleh Jepang untuk bangkit dari keterpurukan pasca kekalahannya pada Perang Dunia II. Yups tepat sekali. Seni KAIZEN.
Apa zih Kaizen? Apa hubungannya dengan kebiasaan?
Kaizen, filosofi yang mendasarkan segalanya pada perbaikan berkesinambungan. Membaca kata berkesinambungan, saya ingat ada salah seorang kawan pernah berkomentar,"Mbak, bukankah pengulangan akan membutuhkan waktu yang lama? Itu kan proses, lama dong?"
Kay, mari saya ajak Anda sebentar memahami. Kaizen memang sebuah usaha perbaikan, perbaikan, dan perbaikan, secara rutin. Namun ada yang menarik dari seni kaizen, yang mungkin dapat digunakan dalam segala kesulitan untuk membangun kebiasaan baik.
Semua berawal dari small step. Dari hal-hal kecil yang sangat sederhana. Ya, kaizen berawal dari hal kecil dan sangat sederhana.
Kita mungkin pernah membuat sebuah target dalam sebuah resolusi, namun sering kali kita terhambat oleh berbagai macam hal, sehingga pada akhirnya target tersebut tak dapat kita capai.Â
Sebagai contoh, mari kita buat sebuah resolusi. Bahwa "saya akan lebih gemar membaca untuk memperkaya diksi dan wawasan saya."
Mungkin di awal mula kita akan rajin mengerjakannya. Namun oleh karena satu dan lain hal, entah kebosanan atau kesibukan, atau rasa malas, lalu habbit membaca yang coba kita lakukan lama kelamaan akan pupus. Am I right or right?
Well, okay, bolehlah kita membuat to do list. Bedanya, mari kita buat list yang lebih ramah pada amygdala, salah satu bagian dalam otak kita yang bertugas memberikan alarm bila ada hal yang "mengganggu" kita. Banyak para ahli berpendapat, biasanya seseorang akan meresponi kondisi tersebut dengan flight, fight, or freeze.
Tapi saya lebih tertarik untuk berdamai dengan amygdala. Jadi, mari coba kita ubah target kita seperti, "Saya akan membaca satu kalimat saja dalam satu hari. Hanya satu kalimat saja, satu hari."