""Bu...ada video tuh, mau lihat? Ngeri lho, Bu..." begitulah pagi saya dihiasi sebuah artikel kiriman dari anak saya usai ia mengerjakan USBN-nya.Â
Kejadian tersebut tentang kasus perudungan di Bolaang Mongondow, dilakukan oleh lima orang remaja, yang menurut berita di media massa kini sedang ditangani oleh pihak kepolisian dan dalam pendampingan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Bolaang Mongondow.
Tak perlu saya bahas terlalu mendalam dan detail menyoal kasus tersebut. Hanya saja, sesaat saya terdiam dalam kengerian yang menggelayuti batin saya.
Artikel yang sempat mengguncang batin dan benak saya tersebut pada sore harinya ternyata telah menghiasi jagat twitter dan menjadi trending topik
Sebagai single parent, saya sempatkan mendiskusikan hal ini dengan anak saya, karena saya menganggap ini hal yang sangat sensitif sekaligus menjadi hal yang urgently discus, agar tak terjadi kesalahpahaman pada anak-anak.
Generation Equality : Sebuah Seruan, atau Keprihatinan Dunia?
Terlepas dari detail kasus Bolmong, ada satu fakta yang tak dapat kita pungkiri adalah bahwa Indonesia, ternyata jauh tertinggal dari 76 negara lain yang telah mencapai tahap generation equality.
Tujuan dari UN Women untuk mewujudkan pemenuhan kesetaraan hak bagi anak perempuan di seluruh dunia adalah menyerukan kembali terciptanya kondisi kondusif bagi anak-anak perempuan di seluruh dunia untuk mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikan serta perlakuan hak yang sama dalam pelbagai segi kehidupannya. Dan sangat disayangkan ternyata Indonesia bukan merupakan salah satu dari 76 negara yang telah sukses dengan program generation equality.
Salah satu hal yang seharusnya masih menjadi sorotan kita selain terpenuhinya hak edukasi bagi seluruh anak perempuan di Indonesia, adalah kasus kekerasan terhadap anak perempuan.
Kasus-kasus pelecehan seksual dalam ranah privat maupun ranah komunitas biasanya terjadi pada anak perempuan sebagai korban. Meskipun anggapan ini tidak selalu mutlak, karena kasus Bolaang Mongondow (Bolmong) kemarin mengungkapkan bahwa anak-anak perempuan pun ikut terlibat sebagai pelaku dalam kasus pelecehan tersebut. Ya, hal yang sangat ironis dan mengerikan.
Seseorang pernah berkata pada saya,"Jangan salah, yang jadi korban bukan hanya yang dilecehkan, namun juga yang melakukan."