Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Kecil dan Badut

13 Januari 2020   09:56 Diperbarui: 13 Januari 2020   09:51 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak kecil berlari, berjingkat di atas sepatu merahnya yang baru saja dibeli dengan gaji sang Ayah yang tak seberapa.

Anak kecil dengan arum manis yang hampir menutupi wajahnya, berjalan menikmati malam, berada di bawah sinar lampu pasar malam.

Tangan kirinya erat menggenggam jemari sang Ayah yang berjalan di sisinya. Sementara sebuah boneka tedy bear hasil lempar kaleng sang Ayah kini ada dalam himpitan ketiaknya.

Hampir terpesona ia saat melihat berbagai macam permen manis yang dijual di dalam kotak-kotak kecil berwarna-warni. Ada permen bulat panjang, kata Ayahnya, itu lolipop, dan ia tersenyum saja. 

Kali ini gadis kecil itu mengenakan baju kesayangannya, ada gambar seekor gajah kecil di bagian dadanya. Ia suka gajah. Badannya yang besar dan hidungnya yang panjang, serta telinga yang lebar selalu menjadi pusat perhatiannya.

Kata Mama, gajah punya ingatan yang sangat bagus. Ingin hatinya seperti gajah, hingga ia tak perlu merepotkan Mama yang selalu saja mengingatkannya untuk menaruh sepatu sekolah di rak samping kamar.

Malam ini, ia berangkat ke pasar malam bersama Ayahnya. Ia tahu Ayahnya sangat mencintainya. Ia tahu Ayahnya selalu menepati janji untuk pergi ke pasar malam, usai ia selesai dengan makan malamnya. Semua sayur dimakannya, semua masakan Mama disantapnya, tanpa pilih-pilih.

Berjalanlah ia menghampiri sebuah komedi putar, berdiri lama di luar pagarnya. Terus saja matanya tak berkedip melihat komedi putar dengan beragam kursi yang mungkin nyaman diduduki. Ada yang berbentuk kuda bertanduk, panda, gajah, kelinci, kucing, anjing, bahkan ada yang berbentuk badut.

Oh ya, badut, seperti dalam buku bacaan yang sering dibacakan Mama sebelum tidur. Terbayang olehnya muka badut dengan hidung bulat warna merah, perut gendut dan rambut kuning seperti mie kuah buatan Mama yang sangat disukainya.

Pernah suatu ketika ia pergi ke pasar malam. Entah mengapa, gandengan tangan ayahnya terlepas begitu saja. Ia menangis tersedu di sudut sebuah tenda, tak tahu harus berbuat apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun