Nampak olehku sesosok makhluk dengan wajah yang sangat menjijikkan. Matanya hanya satu, cukup besar, hingga terlihat seperti keluar dengan syaraf-syarafnya yang terlihat jelas.Â
Hidungnya, oh, serupa dengan hidung babi. Mulutnya seperti mulut anjing dengan taring yang memanjang keluar. Kulitnya bersisik seperti sisik ikan. Baunya uuugh, hampir saja membuatku muntah. Begitu busuk, sebusuk ikan yang seminggu mati di akuariumku.
Untung saja lemari itu langsung ditutupnya. Setelah beberapa saat, tak kudengar lagi suara-suara ribut itu. Benda kecil di tangan Thea menyala hijau.Â
"Oh, akhirnya mereka pergi," ucap Thea bernafas lega.
Aku berlari keluar basement. Perutku terasa begitu mual.Â
"Puteri, kita harus kembali secepat mungkin. Atau Dunberg tua itu akan merapal mantra dan menjadikanku kodok penghias tamannya,"
"Liontin itu?"tanyaku
"Kita akan menemukannya. Tapi tunggu, aku mendengar dua orang itu menyebut nama. Arye dan Boone. Siapa mereka? Sepertinya nama itu tak asing bagiku,"
Jelas aku mengenal Boone. Tapi, aku tak akan memberitahu Thea. Tidak. Aku harus memastikannya lebih dulu.
"Ayo Tuanku, kita harus cepat," Thea membuat lingkaran dengan pedang besar, lalu memancar sinar keluar dari pedang itu. Segera ia arahkan ke dinding basement"Ostium porta." Dan dalam sekejap kami tiba di jalan.Â
Jalanan begitu sepi. Lengang. Kota yang dulu ramai, dengan lalu lalang mobil, sekarang terlihat sunyi. Seperti kota mati.Â