Mempelajari karya sastra dan berbagai macam adat istiadat serta peraturan kerajaan Fillya membuat nafasku hampir putus. Begitu banyak gulungan perkamen dan buku tebal berdebu yang menumpuk di mejaku.Â
Ooooohh, rasanya seperti lautan kata yang berterbangan di udara dan harus segera kupilah dan aku kumpulkan, agar aku cepat menyelesaikan semua pelajaran Tuan Dunberg.
"Tuan Puteri," Thea tiba-tiba muncul dan mengejutkanku.Â
"Thea !!!" teriakku kegirangan. Ah, paling tidak dia mengalihkan penatku sejenak.
"Sasst...jangan keras-keras. Aku akan membawamu kembali ke dunia materi,"
"Hah, dunia materi? Untuk apa?"
"Raja Redrix memerintahkan aku untuk mengambil satu liontin penting. Satu simbol yang harus ia berikan kepadamu. Dan itu barang yang penting, Tuanku."
"Kenapa kita tidak minta ijin Tuan Dunberg?"
"Kau tak tahu siapa dia. Ia pasti tak akan mengijinkanmu pergi barang sejenak saja. Aku pernah menjadi muridnya. Semua mengenalnya. Dasar Dunberg tua,"
"Theaaa,"
"Kau harus ikut. Kata Raja, hanya kau yang tahu dimana liontin itu berada,"