"Ya. Kita akan berlayar, Boone,"
"Ke mana?"
"Ke suatu tempat. Ke dimensi lain,"
"Tidaaaak, Pangeran," ucap Boone sambil membanting pisau makannya.
"Boone, ini bukan tentangmu. Ini tentang seorang lelaki tua yang telah berulang kali datang kepadaku, dan memintaku mencari "Aubrey". Dan semalam ia memberiku gambar ini," simbol huruf A itu ditunjukkannya pada Boone.
"Apa yang istimewa?Itu hanya huruf," sergah Boone
"Ini adalah inisial nama. Aubrey. Orang tua itu berulang kali menyebut nama Aubrey. Dan aku ingin tahu siapa dia. Bagaimana, kapten? Berdua. Hanya kau dan aku,"
Boone meneruskan sarapannya. Sebentar kemudian ia meminum teh hangat. Pandangannya terlempar ke laut, mencoba untuk menjaring sekumpulan jawaban atas kegundahan perasaannya selama ini.
"Boone. Ayo. Cepat putuskan. Jangan berputar-putar. Waktu kita tak banyak. Sebulan lagi kau akan berlayar. Dan entah kapan lagi kita dapat bertualang," rayu Arye yang mulai tahu jawaban di balik sinar mata sahabatnya.
"Jika bukan karena kau, aku tak akan berangkat,"jawab Boone sambil menghela nafas panjang.Â
Senyum kemenangan kini terurai di bibir sang Pangeran Arye. Satu kemenangan yang tak berarti bagi Arye, namun sangat berarti bagi seorang gadis di atas ketinggian bukit. Aku, Puteri Sherin.