Tiba-tiba dia juga menolak semua pintaku, meski aku tahu itu adalah kesukaannya. Aku tak pernah mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.Â
Aku bahkan dibuatnya bingung. Aku tak pernah mengerti dengan segala keputusannya untuk mempercepat waktunya bersamaku. Mengapa?Â
"Mas, apa kita ga bisa sebentar lagi aja. Mau ada acara apa toh?" tanyaku pelan.
"Engga. Aku ga ada acara kemana-mana." jawab Ipung. Iya. Namanya Ipung Sukmajaya. Keren, ya.
Aku diam. Memperhatikannya sebentar. Lalu dengan cepat membonceng motor Vespanya yang antik.
Ia terlihat buru-buru. Namun aku tak tahu, kemana Vespa diarahkannya. Oh, ternyata ke rumahku.Â
"Nya ga usah kemana-mana hari ini. Tetap di rumah. Berjanjilah. Kamu harus di rumah. Ga usah ikutan pergi kemana-mana. Tolong. Janji?" tanya tegas. Kali ini dia tidak main-main seperti biasanya. Aku tahu dia serius.Â
Aku mengangguk pelan, tanda setuju. Pandangannya masih tajam menatapku. Seolah tak mau ia meninggalkanku.Â
"Ini apa yang terjadi, Mas?"
"Pokoknya stay at home,"
Setelah itu, ia membelai pipi kananku. Lalu ia memelukku erat. Aku pun tak mengerti, mengapa ia melakukan itu. Tak seperti biasanya. Aku bisa mendengar detak jantungnya yang seakan-akan melompat keluar memelukku pula.Â