"Saat itu yang ada dalam pemikiran Mitze, Pierre hanya menganggap profesi dokter bukanlah profesi yang pas. Hanya bisa mengobati orang sakit.Â
"Sepucuk surat yang kini telah dalam genggaman Mitze, kembali menimbulkan segurat senyum di sudut bibir wanita muda itu.
"Pierre menuliskan,'Mitz, aku wes ketemu jodhoku. Dongakke wae yo, Mitz, mugo-mugo kelakon'
"31 Juli 1945 hari ini, adalah hari yang telah ditunggu-tunggu dua sejoli yang ingin memadu kasih dalam bahtera rumah tangga. Kali ini Pierre yang sudah berpangkat Letnan Satu, mengawal seorang jenderal besar di bumi Indonesia, tepatnya di Medan.Â
"Kesempatan ini tak lagi mampu membendung hasratnya untuk meminang gadis bernama panjang Siti Rukmini, puteri sulung keluarga Chaimin. Puteri keturunan Jawa yang tinggal di Medan. Gadis yang kepadanya hati Pierre telah tertawan," jelas Pak Rangga yang kemudian berhenti sejenak, membenahi beberapa kabel yang ia perlukan untuk pemutaran film di kelas itu.
"Berarti Om Pierre udah nikah dong, Pak. Wah ga seru tuh, " seloroh Tiwi yang sejak awal memperhatikan cerita Pak Rangga tanpa berkedip.
Pak Rangga hanya tersenyum," Okay, I'll tell you the whole story, but promise me you must get A in my class."
"You can keep my words, Sir,"Â tiba-tiba Rafli, si tukang bolos, mengulurkan tangannya, membuat seluruh kelas melongo melihatnya.
"Hebat loe, Gan ...ga nyangka, bahasa Inggrismu....beuh...," Â puji Redo.
"Hhssssh... Googling lhaah,"bisik Rafli pelan.
Uluran tangan Pak Rangga disambut dengan senyum Rafli sambil terucap kata sepakat dari Pak Rangga, "Deal,