"Mas, Bimo, nanti pulang naik apa?" tanyaku.
Lelaki itu tampak sedikit canggung menjawab pertanyaanku, "Aku sama temen-temen naik mobil. Kenapa? Mau ikut sekalian?"
"Mas Bimo jangan naik mobil. Mas Bimo bisa temenin aku pulang naik kereta, atau bus aja, ya?" pintaku ternyata membuat dahinya agak berkerut dan senyumnya mulai mengembang.
"Bim!! Ayo cepetan, ntar kita kelamaan sampe rumah,"panggil seorang lelaki berkacamata seperti dalam mimpiku.
"Mas Bimo, jangan naik mobil itu," aku mulai memaksanya. Dan ia pun makin kebingungan.
"Tapi..aku yang..."
"Yang nyetir, kan? Tolong, Mas, jangan," cegahku sambil kupegang tangannya erat.Â
Mata kami beradu. Tak pernah nyaliku sekuat itu menatapnya. Ini pertama kalinya aku menatap mata tajam itu dalam-dalam.
"Tolong, kali ini saja," akhirnya aku memohon.Â
"Bim!! Ayo cepat," seru lelaki berkacamata itu lagi.
"Mas...tolong, aku ... Aku ga mau kehilangan, Mas Bimo."