Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kartika Bintang di Langit Malam

29 Juli 2019   21:50 Diperbarui: 29 Juli 2019   21:58 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok: Pinterest.com/freepik

Kartika meronta sekuat tenaga. Mulut merahnya dibungkam, di sumpal oleh nafsu bejat lelaki laknat yang kini bergulat dengannya untuk lampiaskan hasrat tak beradab.

Suaranya semakin lirih, tak jua ada satu pun yang datang beriba. Hanya jalanan sebagai alas perbuatan bengis, yang menangis pilu, dan daun yang bergesekan di pohon-pohon rindang menangisi penistaan akan malam keramat yang diundang oleh rembulan untuk bernaung bagi para insan.

Entah rumusan apa yang ada di dalam otak tiga lelaki bejat malam itu, hingga ditinggalkannya tubuh Kartika tergolek di ambang kesadaran.

Angin malam meniup lembut baju Kartika, sekiranya ingin menutupi tubuhnya yang berlumur lumpur noda. Bola mata nan indah kini mulai menyipit, kala kelopak matanya menutup pandangannya yang semakin kabur.

Dua bulan berlalu. Sejak kejadian itu, Kartika tak pernah keluar rumah. Orang tuanya mulai resah. Pak Paiman ayahnya, tak mampu membendung kegeraman, meski tak ada satu pun yang bisa dilakukan bagi anak semata wayangnya. Maklum, ia orang tak berpendidikan, hanya seorang penjahit baju di dalam kampungnya yang kecil.

Hingga pagi kala itu, pintu rumah Kartika terketuk. Ada  tiga orang sahabat Kartika yang mendengar kejadian tersebut bertandang ke rumahnya.

Semula ia menolak maksud sahabatnya untuk melaporkan kejadian ini kepada pihak yang berwajib. Namun, desakan sahabatnya yang setiap hari berkunjung ke rumahnya membuat Kartika akhirnya luluh hati.

Dua tahun kini berlalu. Sejak tiga orang perampas martabatnya tervonis sembilan tahun penjara, namun musim dingin dalam diri Kartika tak jua berlalu. Kemuraman ada bersamanya di dalam rumah. Dingin hidupnya. Rasa malu menimbuninya hingga sampai ke ubun-ubun. 

Mendengar ocehan tetangga yang merasa miris atas kejadian yang menimpanya malah membuat ia tak berani keluar rumah.

"Satu yang aku ingin, Tarti,"ungkap Kartika pada Tarti teman menarinya. "Aku hanya ingin bayangan malam itu hilang."

"Ampunilah mereka, Tika," jawab Tarti singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun