Melihat reaksi Baruna, tampaknya Tanpa Nelangsa telah terbiasa. Maka tanpa basa basi, diujarkannyalah isi benaknya kepada sang duta kerajaan.
"Pak Baruna mau bertemu dengan Putri saya, ya?"
Baruna tersadar dari mimpi indahnya dan dengan tersipu ia menganggukkan kepala tanda sepakat.
"Itu putri Anda, Gubernur? Mengapa dia ada di area perkebunan sayur ini?" tanya Baruna.
"Putri saya yang satu itu selalu berbaur dengan rakyat. Katanya itu sekolahnya yang paling mujarab,"
"Ooowh...,"jawab Baruna yang telah tersesat dalam rimba pemujaan kecantikan putri Gubernur.
"Jika Anda berkenan biar saya panggilkan, Pak."
"Ah, tidak," jawab Baruna seolah menjaga wibawa, namun pandangannya tak juga beranjak dari sang putri Gubernur.
"Putri Bapak sudah punya pekerjaan, Pak Gubernur?" tanya Baruna.
"Pekerjaan tetap sih, belum, Pak. Ya, hanya beberapa aktivitas bersama teman-teman komunitasnya,"
"Sebenarnya ada satu pekerjaan yang saya ingin tawarkan untuk putri Bapak, apa boleh saya bertemu dengannya secara pribadi?"