"Awas ya, kalau sampai kamu macam-macam, Bapak bisa mengeluarkan kamu dari sekolah ini," terdengar suara Pak Teguh begitu tinggi.
"Saya tidak akan pernah takut dengan ancaman Bapak. Kalau memang terbukti, Bapaklah yang harus siap menanggung semua resikonya," jawab Tyo tak mau kalah.Â
Entah apa yang terjadi. Tapi ketakutan itu tiba-tiba membuat jantungku berdetak lebih kencang. Aku bersembunyi dibalik celah lorong di samping ruang Mading, saat Pak Teguh keluar dari ruangan itu dengan wajah yang geram.
"Kamu ada urusan apa sama Pak Teguh, Yo?" tanyaku penasaran
"Biasa lah... Karena kamu sudah tahu, jadi sekarang aku jelaskan. Ini semua karena ada satu kasus yang akan aku selidiki. Semua sebenarnya sudah tahu ini. Tapi tak pernah ada yang bisa membuktikan kebenaran dari isu yang beredar."
"Maksudmu tentang ..."
"Dugaan suap dan korupsi Pak Teguh, "
"Gila kamu, Tyo. "
"Aku sudah punya bukti itu. Tapi, aku belum berani melangkah. Karena bukti itu ada pada Fajar."
"Tinggal minta ke Fajar dong. Kenapa bingung?"
"Fajar pernah memberikan bukti itu. Tapi entah mengapa tiba-tiba bukti yang tersimpan dalam flash disk itu hilang. Waktu itu kusimpan di laci ruang Mading ini. Tapi keesokan paginya kucari kemana-mana. Dan hasilnya nihil."