Mohon tunggu...
Diah Lutfiani
Diah Lutfiani Mohon Tunggu... Pustakawan - mahasiswa yang mengandalkan kepentingan untuk dapat dekat dengan orang

blog ini akan berisi hal-hal yang membuat pembaca ingin tahu tentang ilmu perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mahasiswa Berpendidikan dan Bernilai

20 Mei 2019   15:06 Diperbarui: 20 Mei 2019   15:23 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis bersama dosen yang selalu salah terpanggil dengan panggilan guru | dokpri

Pagi dan hari yang sama dengan suasana berbeda. Tepat pada pukul 11.25 WIB terbuka sebuah laman pengumuman penerimaan mahasiswa perguruan tinggi negeri melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau kerap disingkat SBMPTN pada laman itu menampilkan tulisan berwarna biru nan elok. Sebelum waktu tersebut, suasana masih tegang bagi saya dengan pikiran berkelebatan mengenai bagaimana masa depan akan terjadi. Terdapat dua pilihan, menjadi mahasiswa perguruan tinggi negeri saat ini atau menjadi siswa yang masih harus belajar kembali untuk mengikuti tes penerimaan perguruan tinggi tahun depan. Pukul 11.25 WIB, ruangan sempit dan tempat duduk sempit menjadi lapang bahkan seperti sofa empuk. Bisa dikatakan bahwa saat itu status saya berubah dari siswa menjadi mahasiswa.

ILMU PERPUSTAKAAN, JURUSAN IMPIAN?

Ketika memilih jurusan yang diinginkan, pasti banyak pertimbangan. Sebagai seorang siswa SMA pada saat itu, memilih jurusan diperkuliahan memandang bagaimana karir ke depan. Karir di sini seputar bagaimana bisa bekerja sesuai keinginan di masa depan. Dapat dikatakan bahwa melanjutkan pendidikan sampai ke universitas tujuan utamanya adalah bekerja. Mayoritas siswa memilih jurusan-jurusan populer seperti kedokteran, hukum, ilmu murni (biologi, kimia, fisika), teknik, manajemen, ekonomi, dan jurusan populer lainnya. Jurusan ilmu perpustakaan masih kurang banyak didengar sebagai tujuan untuk mengambil keilmuan diperkuliahan. Termasuk juga menurut saya sendiri.

Pemilihan jurusan di sekolah menjadikan guru pada bidang bimbingan konseling untuk memberi pandangan dan saran akademik kepada siswanya. Kebanyakan dari siswa mengharap jurusan yang diinginkan jelas arah kemana tujuannya, memiliki semacam alur yang menjelaskan bagaimana kemungkinan arah karir dan perkuliahan dari awal konsentrasi keilmuan yang diambil hingga tahap penelitian yang bisa diambil apabila ingin mendapatkan pemenuhan suatu klasifikasi jenjang karir.  Beberapa sekolah bahkan sudah membuat permodelan khusus tiap jurusan yang ada pada universitas, khususnya Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Kemudian apakah Ilmu Perpustakaan masuk pada permodelan tersebut?

Setiap permodelan yang dibuat oleh pihak bimbingan konseling (BK) sekolah menengah atas memiliki standar tersendiri bagaimana memproyeksikan masa depan seorang siswa dalam memilih jenjang pendidikan setelahnya. Ilmu perpustakaan merupakan kajian ilmu yang masih cukup baru dikenal oleh masyarakat Indonesia. awalnya, ilmu ini masih dianggap sebagai teori praktis sehingga belum ada kesadaran untuk memiliki keahlian khusus pada cabang ilmu ini. Keilmuan bidang perpustakaan sudah berkembang di Amerika sejak tahung 80 an (Sulistyo-Basuki: 2015). Hal ini ditandai dengan berdirinya sekolah perpustakaan di Washington dan melahirkan ahli-ahli dibidang perpustakaan. Selanjutnya para ahli melakukan pembelajaran teknis pada para wanita agar dapat melakukan kegiatan teknis perpustakaan. Latar belakang inilah yang membuat ilmu perpustakaan lebih dikenal sebagai ilmu teknis yang dapat dipelajari melalui pelatihan saja. Bahkan karena latar belakang tersebut muncul asumsi awal bahwa pustakawan selalu seorang perempuan. Pendapat ini dapat dibuktkan dengan banyaknya petugas 'penjaga' perpustakaan dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun sebatas teknis, seiring berjalannya waktu keilmuan perpustakaan semakin berkembang sehingg dapat menemukan cara-cara terbaik untuk menyajikan koleksi sesuai kebutuhan pemustaka atau user.

Berdasarkan tulisan Sulistyo-Basuki berjudul Ilmu Perpustakaan dan Informasi : Perkembangan dan Tantangannya di Indonesia dalam web resminya, di Indonesia  awal kemunculan ilmu perpustakaan yaitu pada tahun 50 an dimana pada waktu itu merupakan awal kemunculan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Pada saat itu, lembaga informasi bentukan Belanda dengan nama Batavaiasch Genootschap van Kunsten en Wetenschapen dipindah tangankan kepada Indonesia dan koleksinya bahkan saat ini sudah menjadi koleksi inti di PNRI. Pada 1950 an setelah secara resmi PNRI terbentuk kemudian pihak perpustakaan membuat Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan oleh Biro Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Pengadjarand dan Kebudayaan. Kegiatan ini dilakukan di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia. Setelah itu terbentuk Kursus Pendidikan Pegawai Perpustakaan degan peserta dari tenaga yang sudah bekerja di perpustakaan dengan syarat lulusan SMA. Awalnya durasi kursus direncanakan 1 tahun, kemudian 1,5 tahun,lalu 2 tahun, selanjutnya 2,5 tahun. Pada tahun 1955 diresmikan nama pelatihan tersebut sebagai Kursus Pendidikan Ahli Perpustakaan, kemudian pada tahun 1959 berganti menjadi Sekolah Perpustakaan dengan lama pendidikan 3 tahun.

Kesadaran akan kebutuhan adanya cabang keilmuan perpustakaan menjadi awal kemunculan adanya jurusan ilmu perpustakaan. Setelah resmi terbentuk program studi ilmu perpustakaan pada Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia mulai terbentuk Program Studi Ilmu Perpustakaan pada universitas-universitas di Indonesia. Ilmu perpustakaan perlahan-lahan dikenal dan menjadi keilmuan dengan komunitas cukup besar sehingga dapat mengajukan dan merumuskan kebijakan.

MENJADI MAHASISWA

Terhitung, sejak Agustus 2016 status mahasiswa sudah bersanding pada saya. Tingkatanya lebih tinggi dari sebatas siswa. Pada tahun tersebut bisa dikatakan terjadi academic shock plesetan dari cultural shock yang menunjukkan perbedaan kehidupan seorang siswa dengan mahasiswa. Cara belajar hingga bagaimana bersosialisasi pada kalangan universitas sangat berbeda. Untuk memahami bagaimana perbedaan tersebut sapat melihat tabel di bawah ini:

Tabel perbedaan siswa dengan mahasiswa 

No

Aspek

Siswa

Mahasiswa

1.

Pembelajaran

Berorientasi pada pengajar (guru) dan kegiatan semuanya terarah pada bagaimana pengajar dapat menjadi pemberi ilmu satu-satunya bagi siswa dan buku serta penjelasan sebagai penambah pemahaman.

Pengajar (dosen) hanya sebagai fasilitator bukan subjek pembelajaran yang utuh. Ilmu bisa didapatkan melalui sumber-sumber lain seperti hasil penelitian atau riset, buku, seminar dan workshop, serta kegiatan penunjang lainnya.

2.

Sosial Pertemanan

Jaringan pertemanan pada lingakaran cukup besar. Lingkup kelas dan tiap orang sangat peduli dengan teman yang lainnya serta saling mengingatkan. Asas kebersamaan cukup dominan tetapi tidak begitu mengakar.  

Lingkaran pertemanan menjadi lebih spesifik dan lingkungan sosial sudah mirip masyarakat pada umumnya. Sisi positif dan negatif dari bagaimana kehidupan bermasyarakat dapat dilihat secara langsung dikarenakan keberagaman manusia yang ada.

3.

Pengajar

Guru sebagai sumber belajar siswa dan seluruh kegiatan pembelajaran bergantung pada ketentuan guru sesuai kurikulum yang berlaku. Siswa masih terpaku dan percaya keseluruhan informasi dan ilmu yang diberikan diskusi. Terdapat diskusi namun masih belum begitu proaktif dan pembahasan tidak begitu inovatif.

Sebagai fasilitator maka dosen memberikan beberapa petunjuk bagaimana cara mendapat pengetahuan emudian dibuka sesi diskusi yang menggiring mahasiswanya untuk menggali informasi dari sudut pandang masing-masing dan digabung menjadi pengetahuan bersama. Pengajar memberi referensi teori sesuai kajian yang sedang dilakukan dalam mata kuliah

4.

Fasilitas

Terdapat laboratorium dalam sekolah dan jarang terdapat praktikum di luar sekolah.  Fasilitas sekolah untuk pembelajaran dasar sesuai kebutuhan dalam pembelajaran.

Selain laboratorium untuk  kebutuhan praktikum juga terdapat fasilitas penunang yang dapat dimanfaatkan demi pengembangan kapasitas kemampuan mahasiswa (biro kewirausahaan, bisnis, lembaga penelitian, lembaga khusus difabel, lembaga pengabdian masyarakat, dll) serta fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar

            Tabel di atas dibuat berdasarkan pengalaman penulis sendiri selama mengarungi dunia akademik. Menjadi mahasiswa apabila bisa diibaratkan, merupakan pupuk diantara tanaman.  Pupuk dapat berguna apabila memiliki komposisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada sisi lain, apabila komposisinya terlalu berlebih maka tanaman tidak akan tumbuh sempurna. Pupuk diibaratkan sebagai mahasiswa dan tanaman diibaratkan sebagai masyarakat. Mahasiswa bisa menjadi sangat berguna apabila memiliki komposisi sesuai yaitu memiliki pengetahuan, rasa tanggap dan simpati terhadap kondisi sosial masyarakat serta dapat melakukan pengaplikasian keilmuan terhadap kebutuhan sosial sekitar. Apabila mahasiswa tidak memiliki komposisi sesuai maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi ketimpangan perlakuan antara keilmuan yang dimiliki seorang mahasiswa dengan apa yang seharusnya bisa diselesaikan karena adanya bekal kemampuan yang telah diberikan oleh pengajar di bangku perkuliahan.

            Terdapat perbedaan juga dimana seorang mahasiswa memiliki porsi tanggung jawab lebih tinggi dari siswa. Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan sesuatu (projek) pada waktu tertentu bagaimanapun caranya. Seorang mahasiswa akan bertanggung jawab akan bagaimana proses penyelesaian projek dan garis waktu kerjanya. Tidak ada ketentuan baku mengenai bagaimana projek tersebut dapat diselesaikan oleh karena itu proses kemampuan kreativitas bisa meningkat atau bahkan segera muncul dari tiap individu mahasiswa. Berbeda dengan siswa, pengerjaan projek (tugas) yang diberikan oleh guru tidak serta merta membuat guru lepas kendali dalam pengerjaan. Siswa diperingan tanggung jawab pengerjaannnya karena guru masih memantau bagaiman pelaksanaan tugas serta memeberi tahu proses penyelaian tugas sesuai keinginan kurikulum pembelajaran. 

Tugas seorang siswa pun masih dalam tahap dasar pemahaman materi dan penyelaian kasus sesuai teori yang sudah ada dalam buku ajar. Pada taraf mahasiswa, seorang mahasiswa dituntut untuk mengetahui bagaimana suatu keilmuan harus dipelajari, asal mula, penggunaan atau penerapan, serta berbagai filsafat lain. Secara sederhana perbedaan antara bagaimana siswa dan mahasiswa dituntut untuk berfikir ada pada kata tanya. Siswa mewakili kata Tanya what atau 'apa'. 'Apa' disini berarti siswa mengetahui sesuatu masih dibatas apa saja materi dan pelajaran yang harus dipelajari. Sedangkan kata tanya why atau 'mengapa' mewakili bagaimana mahasiswa dituntut untuk berfikir. 'Mengapa' berarti mahasiswa harus mengerti alasan dibalik adanya suatu pembelajaran. Mahasiswa dituntut untuk inovatif dan proaktif dengan suatu teori, ketika terdapat suatu kejadian atau momen maka mahasiswa harus mampu menghubungkan teori dengan kejadian di lapangan dan menjadikannya pengetahuan baru.

BERPENDIDIKAN TIDAK BERNILAI BAGUS SAJA

Banyak tipe mahasiswa dalam dunia perkuliahan. Tipe paling umum adalah sang pekerja 'keras' demi keindahan nilai akademik. Hal ini dikarenakan memiliki nilai akademik terbaik akan menjadi pilihan paling aman karena bisa membahagiakan orang tua yang melihat serta tidak usah terlalu memikirkan banyak tujuan lain. Saya berkuliah, membayar mahal demi suatu pendidikan maka hasil terbaik yang bisa saya tunjukkan adalah nilai. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang hal umum yang ditanyakan seseorang mengenai bagaimana hasil perkuliahan yang sudah dilakukan adalah melalui transkrip nilai. Orang tua dapat berbangga memiliki seorang anak yang menyandang gelar mahasiswa dan memiliki nilai baik, terlihat sangat sempurna. Pertanyaannya, apakah suatu nilai pada mata kuliah bisa menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut sudah berpendidikan?

Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 dijelaskan pengertian pendidikan adalah "usaha sadar dan terencana untuk menwujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara." Oleh karena itu berdasarkan pengertian tersebut terdapat ciri-ciri pendidikan yang sesuai ketentuan undang-undang yaitu; 

1. Memiliki perencanaan pemebelajaran 2. Bergerak aktif untuk mendapat pembelajaran sehingga potensi yang dimiliki dapat berkembang 3. Selain membutuhkan kekuatan kognitif (pengetahuan) pendidikan memiliki norma, etika, dan agama 4. Memiliki tujuan agar berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. Melalui ciri-ciri itu pun bisa tergambar bagaimana menjadi mahasiswa yang ber- pendidikan. Tidak ada ketentuan dalam pendidikn untuk mendapat nilai yang baik, penekanan lebih pada bagaimana sesorang sadar dan mau merncanakan bagaimana ia dapat belajar sehingga potensi atau kemampuan diri sendiri dapat berkembang sesuai ketentuan norma, etika, dan agama. Tujuan akhirnya adalah berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Harap diingat bahwa tujuan akhir pendidikan adalah dapat mengembangkan keterampilan yang berguna bagi diri sendiri, khlayak ramai yaitu masyarakat serta negara sebagai tanah air. Lantas bagaimana menjadi mahasiswa yang berpendidikan sebenarnya itu?

Ilmu perpustakaan mengajarkan bagaimana suatu informasi yang sebenarnya sudah ada dan beredar secara bebas dapat ditemukan keunikannya sehingga seseorang (pemustaka) menjadi tertarik untuk mengkonsumsi informasi tersebut. Terlihat sederhana, apabila dilakasanakan akan mulai muncul kendala bagaimana bsia mendapatkan cara membuat sekelompok masyarakat tertentu sadar akan kebutuhan informasinya akan suatu subek tertentu. Keterampilan sosial tentu menjadi jawaban untuk memudahkan kegiatan ini. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pendidikan melibatkan penerapan pada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara oleh karena itu mahasiswa berpendidikan artinya disamping kemampuan kademiknya memiliki kemampuan sosial yang baik sehingga muncul pemahaman akan ujung akhir adanya pendidikan yaitu kembali pada masyarakat.

Memiliki nilai yang bagus bisa sangat menjanjikan bagi seorang mahasiswa, akan tetapi akan tidak berguna ilmu tersebut apabila tidak bisa diterapkan pada lapangan atau lingkungan masyarakat yang membutuhkan.  Kemudian muncul pertanyaan lain, bagaimana cara untuk memunculkan dan mengembangkan keterampilan sosial? Jawaban ini bukan hanya berlaku bagi mahasiswa ilmu perpustakaan namun juga pada seluruh bidang keilmuan lainnya. 

Selama menjadi mahasiswa akan banyak cara seorang mahasiswa untuk mengasah potensi diri. Apabila akademik dapat diambil dari perkuliahan maka keterampilan sosial bisa didapatkan melalui memposisikan diri menadi manusia diantara manusia yang lain. Manusia sejati adalah makhluk sosial oleh karena itu secara tidak langsung akan terdapat beberapa aktivitas yang berhubungan dengan manusia yang lain. Universitas memiliki banyak fasilitas yang membantu hubungan antar manusia lebih baik yaitu organisasi. Dalam organisasi heterogenitas manusia cukup tinggi sehingga seorang mahasiswa dalam organisasi harus berani memposisikan diri sendiri diantara orang lain dengan mempertimbangkan kepentigan bersama. Ketika mahasiwa ada dalam organisasi maka akan muncul kemampuan adaptasi dan reaktif pada berbagai jenis manusia. Pada langkah ini mahasiswa bisa menjadi berpendidikan sejati. Ilmu yang dimiliki bukan hanya diri sendiri melainkan demi kepentingan bersama dan tujuan akhirnya demi perkembangan bangsa dan negara kearah yang lebih baik.

KESIMPULAN

Ilmu perpustakaan bisa menjadi langkah awal profesi pustakawan. Fakta tersebut sudah jelas akan didapatkan oleh seorang mahasiswa yang mengambil program studi Ilmu Perpustakaan. Menjadi mahasiswa sangat berbeda dengan sebatas siswa. Mahasiswa memiliki tanggung jawab lebih banyak. Intinya, bagaimana mahasiswa dapat memberikan kontribusi pada bangsa dan negara serta membangun sesuai keilmuan yang telah dipelajari. Bukan hanya dari nilai yang baik, tapi menjadi mahasiswa berpendidikan yang memanusiakan manusia yang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun