3.
Pengajar
Guru sebagai sumber belajar siswa dan seluruh kegiatan pembelajaran bergantung pada ketentuan guru sesuai kurikulum yang berlaku. Siswa masih terpaku dan percaya keseluruhan informasi dan ilmu yang diberikan diskusi. Terdapat diskusi namun masih belum begitu proaktif dan pembahasan tidak begitu inovatif.
Sebagai fasilitator maka dosen memberikan beberapa petunjuk bagaimana cara mendapat pengetahuan emudian dibuka sesi diskusi yang menggiring mahasiswanya untuk menggali informasi dari sudut pandang masing-masing dan digabung menjadi pengetahuan bersama. Pengajar memberi referensi teori sesuai kajian yang sedang dilakukan dalam mata kuliah
4.
Fasilitas
Terdapat laboratorium dalam sekolah dan jarang terdapat praktikum di luar sekolah. Â Fasilitas sekolah untuk pembelajaran dasar sesuai kebutuhan dalam pembelajaran.
Selain laboratorium untuk  kebutuhan praktikum juga terdapat fasilitas penunang yang dapat dimanfaatkan demi pengembangan kapasitas kemampuan mahasiswa (biro kewirausahaan, bisnis, lembaga penelitian, lembaga khusus difabel, lembaga pengabdian masyarakat, dll) serta fasilitas yang bisa digunakan oleh masyarakat sekitar
      Tabel di atas dibuat berdasarkan pengalaman penulis sendiri selama mengarungi dunia akademik. Menjadi mahasiswa apabila bisa diibaratkan, merupakan pupuk diantara tanaman.  Pupuk dapat berguna apabila memiliki komposisi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada sisi lain, apabila komposisinya terlalu berlebih maka tanaman tidak akan tumbuh sempurna. Pupuk diibaratkan sebagai mahasiswa dan tanaman diibaratkan sebagai masyarakat. Mahasiswa bisa menjadi sangat berguna apabila memiliki komposisi sesuai yaitu memiliki pengetahuan, rasa tanggap dan simpati terhadap kondisi sosial masyarakat serta dapat melakukan pengaplikasian keilmuan terhadap kebutuhan sosial sekitar. Apabila mahasiswa tidak memiliki komposisi sesuai maka tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi ketimpangan perlakuan antara keilmuan yang dimiliki seorang mahasiswa dengan apa yang seharusnya bisa diselesaikan karena adanya bekal kemampuan yang telah diberikan oleh pengajar di bangku perkuliahan.
      Terdapat perbedaan juga dimana seorang mahasiswa memiliki porsi tanggung jawab lebih tinggi dari siswa. Mahasiswa dituntut untuk menyelesaikan sesuatu (projek) pada waktu tertentu bagaimanapun caranya. Seorang mahasiswa akan bertanggung jawab akan bagaimana proses penyelesaian projek dan garis waktu kerjanya. Tidak ada ketentuan baku mengenai bagaimana projek tersebut dapat diselesaikan oleh karena itu proses kemampuan kreativitas bisa meningkat atau bahkan segera muncul dari tiap individu mahasiswa. Berbeda dengan siswa, pengerjaan projek (tugas) yang diberikan oleh guru tidak serta merta membuat guru lepas kendali dalam pengerjaan. Siswa diperingan tanggung jawab pengerjaannnya karena guru masih memantau bagaiman pelaksanaan tugas serta memeberi tahu proses penyelaian tugas sesuai keinginan kurikulum pembelajaran.Â
Tugas seorang siswa pun masih dalam tahap dasar pemahaman materi dan penyelaian kasus sesuai teori yang sudah ada dalam buku ajar. Pada taraf mahasiswa, seorang mahasiswa dituntut untuk mengetahui bagaimana suatu keilmuan harus dipelajari, asal mula, penggunaan atau penerapan, serta berbagai filsafat lain. Secara sederhana perbedaan antara bagaimana siswa dan mahasiswa dituntut untuk berfikir ada pada kata tanya. Siswa mewakili kata Tanya what atau 'apa'. 'Apa' disini berarti siswa mengetahui sesuatu masih dibatas apa saja materi dan pelajaran yang harus dipelajari. Sedangkan kata tanya why atau 'mengapa' mewakili bagaimana mahasiswa dituntut untuk berfikir. 'Mengapa' berarti mahasiswa harus mengerti alasan dibalik adanya suatu pembelajaran. Mahasiswa dituntut untuk inovatif dan proaktif dengan suatu teori, ketika terdapat suatu kejadian atau momen maka mahasiswa harus mampu menghubungkan teori dengan kejadian di lapangan dan menjadikannya pengetahuan baru.