Hiro menyeringai. "Ya, kenapa tidak? kita akan mendapat banyak keuntungan."
Hanna ragu-ragu sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. "Oke, ayo kita lakukan!"
Saat mereka berjalan di jalanan Tokyo, lampu-lampu terang dan gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi mengelilingi mereka. Lampu neon toko dan restoran menerangi langit malam, memancarkan cahaya warna-warni pada semua yang ada di sekeliling mereka. Jalanan ramai dengan orang-orang, beberapa bergegas mengejar kereta dan bus, yang lain hanya menikmati pemandangan dan suara kota. Hanna dan Hiro berjalan di tengah keramaian, percakapan mereka diselingi oleh tawa yang sesekali pecah.
"Jadi, apa ceritamu, Hiro?" Hanna bertanya sambil menyesap kopinya.
"Apa?" jawab Hiro balik bertanya.
"Ketika kita bertemu pertama kali, aku yakin kamu sedang memikirkan sesuata dan bahkan bisa aku bilang kamu sedang menyesali sesuatu, kau mau berbagi ceritamu?" Sahut Hanna.
Hiro menghela napas, matanya terlihat sedih. "Tunanganku berselingkuh dengan sahabatku. Aku mengetahuinya dua bulan yang lalu, dan aku masih mencoba untuk memproses semuanya. Â Dan yang lebih membuatku marah adalah... mereka berdua bekerja di perusahaan yang sama denganku."
"Ah, aku mengerti... Karena itu kau memilih resign dari pekerjaanmu, benar begitu?" balas Hanna yang ditanggapi dengan anggukan dari Hiro. Â "
Aku turut berduka, Hiro, itu pasti berat," kata Hanna sambil meletakkan tangannya di atas pundak Hiro.
Hiro menatap Hanna, matanya melembut. "Memang berat, tapi bertemu denganmu membuatnya sedikit lebih mudah."
Hanna tersenyum, merasakan debaran di dadanya. "Aku senang bisa berada di sini untukmu."