Sambil minum dan mengobrol, Hiro menyarankan agar mereka bekerja sama untuk mendapatkan uang cepat, sehingga Hanna dapat membeli tiket ke Amerika Serikat.
"Apakah kamu sudah mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan sambil menunggu penerbangan berikutnya?" Hiro berkata dengan simpatik.
Hanna menatap Hiro, alisnya terangkat karena terkejut. "Apa kau pikir aku bisa mendapatkan pekerjaan di sini? Aku tidak bisa bahasa Jepang."
Hiro mengangkat bahu. "Yah, ada banyak perusahaan internasional di Tokyo, dan mereka mungkin mencari orang yang bisa berbahasa Inggris. Kita bisa mencari lowongan pekerjaan bersama jika kamu mau. Â Atau kita bisa melakukan sesuatu yang spontan, bisa apa saja. Â Kebetulan aku baru saja resign dari tempat kerjaku. Â Dan jika kau mau, kau bisa tinggal sementara di rumahku bersama ibu dan adik perempuanku "
"Aku benar-benar berharap kamu bukan orang jahat." ucap Hanna. Â Ah, memang Hanna kadang terlalu polos untuk wanita berumur 25 tahun.
"Entahlah... Aku harap aku bukan orang jahat. Â Silahkan buktikan sendiri." balas Hiro menantang Hanna.
"Baiklah.  Aku percaya kamu. Terima kasih banyak, Hiro, aku sangat menghargai bantuanmu," kata Hanna, merasa lega.
Awalnya Hanna ragu-ragu, tetapi jiwa petualangnya menang, dan dia setuju untuk bergabung dengan Hiro.
Mereka menghabiskan beberapa hari berikutnya menjelajahi Tokyo, mencoba berbagai pekerjaan serabutan untuk mendapatkan uang tambahan. Mereka membersihkan mobil, mengajak jalan-jalan anjing, dan bahkan melakukan pertunjukan kecil di persimpangan Shibuya yang sibuk. Hanna kagum melihat betapa banyak akal yang dimiliki Hiro, dan ia merasa semakin menyukainya saat mereka menghabiskan waktu bersama.Â
"Aku punya ide," kata Hiro, matanya berbinar. "Kamu bisa menyanyi? Â Aku akan mengambil gitarku, dan kita bisa mulai pertunjukkan kecil kita di ujung jalan sana."
Hanna menatapnya dengan tidak percaya. "Apa kau serius?"